Fokus C3I Agustus 2014 -- Mendampingi Orang Sakit

Fokus C3I Agustus 2014 -- Mendampingi Orang Sakit

Menghadapi dan melayani orang tua, anak, saudara, ataupun orang-orang terkasih di sekitar kita yang sedang sakit merupakan tantangan tersendiri bagi sebagian kita. Selain obat-obatan medis, kasih yang tulus dari segenap anggota keluarga dan orang-orang terdekat menjadi obat mujarab bagi mereka yang sedang sakit. Kita dapat menolong mereka untuk terus berjuang hidup dan menyemangati mereka untuk segera sembuh. Untuk lebih memahami bagaimana kita mendampingi orang sakit, artikel Fokus C3I berikut ini kiranya bermanfaat bagi Anda.

Menghadapi dan melayani orang tua, anak, saudara, ataupun orang-orang terkasih di sekitar kita yang sedang sakit merupakan tantangan tersendiri bagi sebagian kita. Selain obat-obatan medis, kasih yang tulus dari segenap anggota keluarga dan orang-orang terdekat menjadi obat mujarab bagi mereka yang sedang sakit. Kita dapat menolong mereka untuk terus berjuang hidup dan menyemangati mereka untuk segera sembuh. Untuk lebih memahami bagaimana kita mendampingi orang sakit, artikel Fokus C3I berikut ini kiranya bermanfaat bagi Anda.

Mendampingi Orang Sakit

Edisi C3I: e-konsel 269 - Konseling Pastoral bagi Orang Sakit

Edisi C3I: e-konsel 269 - Konseling Pastoral bagi Orang Sakit

Dalam banyak hal, sulit bagi kita untuk memisahkan efek penyakit dan penyebabnya. Rasa sakit, perasaan tidak berdaya, emosi, dan reaksi keluarga terhadap suatu penyakit, bisa menjadi efek sekaligus juga penyebab masalah fisik dan penyesuaian lainnya. Banyak reaksi, seperti rasa bersalah atau kemarahan, dapat memperburuk penyakit dan memperparah sakit fisik. Hal ini membuat perasaan bersalah atau kemarahan semakin bertambah, dan "lingkaran setan" pun berkembang.

Mudah bagi kita untuk memerhatikan efek negatif suatu penyakit, tetapi sulit untuk melihat manfaat positif yang lebih banyak. Salah satu penelitian atas 345 pria korban serangan jantung menunjukkan bahwa, ketika mereka mengeluhkan penyakit mereka dan menyalahkan orang lain (mengungkit-ungkit masalah dengan keluarga, misalnya, atau tekanan di tempat kerja), kemungkinan besar mereka akan berpikir tidak sehat dan mengalami serangan jantung lainnya. Hal-hal ini akan sangat berbeda bagi orang-orang yang dapat melihat beberapa hal bermanfaat di balik serangan jantung yang mereka alami. Orang-orang tersebut sering kali mengubah nilai hidup dan cara pandang rohani mereka, berusaha untuk mengembangkan hubungan interpersonal, berusaha untuk mengurangi stres, dan merawat tubuh mereka dengan lebih baik. Hasilnya, reinfarksi (serangan jantung lanjutan) berkurang dan rasa sakit menurun. Oleh karena itu, efek penyakit tidaklah selalu negatif. ... baca selengkapnya »

Bagaimana Mendampingi Orang Sakit yang Menjelang Ajal

Edisi C3I: e-konsel 268 - Lawatan Pastoral

Dokter perlu memberitahukan kepada pihak keluarga, bahwa pasien sudah tidak memiliki harapan untuk hidup lebih lama lagi. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan keluarga dan pasien itu sendiri. Jika pihak keluarga tidak diberi tahu mengenai keadaan pasien yang sebenarnya dan akhirnya sang pasien meninggal, maka dokter bisa saja disalahkan oleh pihak keluarga. Dokter tidak perlu menutupi keadaan pasien, jika memang yang bersangkutan sudah tidak bisa ditolong. Setelah mendiagnosis dan kelihatannya tidak ada harapan, sebaiknya dokter memberitahukan kebenarannya. ... baca selengkapnya »

Perlawatan Orang Sakit

Edisi C3I: e-konsel 268 - Lawatan Pastoral

Dirangkum oleh: Sri Setyawati

Orang sakit kerap kali berkeluh kesah, lebih-lebih kalau sakitnya sudah cukup lama. Yang cukup berat, kalau kondisi tubuhnya merosot pelan-pelan. Karena itu, keluh kesah, kekecewaan, putus asa, marah, tidak mau lagi berdoa, menumpuk menjadi satu. Tidak hanya yang sakit yang mengalami hal itu, tetapi juga keluarganya. Kemungkinan besar, mereka pun ikut hanyut dalam situasi itu. ... baca selengkapnya »

Peran Konseling Awam: Sakit Parah/Terminal dan Depresi

Reaksi alami bagi individu-individu dengan sakit tak tersembuhkan adalah depresi. Para ahli psikologi umumnya percaya bahwa depresi juga merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh yang dipilih individu di tengah posisi dan kondisi kritis yang tak terhindarkan. Dengan mekanisme ini individu tersebut masih dapat memiliki "sense of life - perasaan hidup," sehingga ia dapat mengeluh, menangis, marah, meratap dan mempunyai setitik pengharapan. Ia memilih posisi "cry for help/ketidakberdayaan," yang mengundang belas kasihan dari dirinya sendiri, sesama manusia, dan dari Allah. Tanpa mekanisme pertahanan tubuh ini, individu hanya mempunyai satu kemungkinan yaitu bunuh diri. ... baca selengkapnya »

Sumber
Halaman: 
1 - 2
Judul Artikel: 
Parakaleo, Juli September 2006, Vol. XIII, No. 3
Penerbit: 
Departemen Konseling STTRII, Jakarta 2006
Kota: 
Jakarta
Editor: 
Paul Gunadi Ph.D., Yakub B.Susabda Ph.D., Esther Susabda Ph.D.
Tahun: 
2006