Mengatasi Konflik dengan Mengikuti Pola Alkitab

Jangan kaget jika perasaan yang kuat atau perbedaan pendapat dapat mengancam keharmonisan gereja. Sekalipun Alkitab menunjuk orang percaya sebagai orang "kudus", tidak berarti mereka sempurna.

Sebaliknya, kita mesti berpikir realis bahwa pertengkaran pasti akan terjadi karena beberapa bagian dari Alkitab memberi kita petunjuk tentang bagaimana menyelesaikan konflik yang timbul dalam jemaat.

Setelah kita mengenali masalah dalam pelayanan dengan tepat dan memastikan bahwa kita memiliki kasih, kesabaran, dan kerendahan hati maka kita pun harus mengikuti pola Alkitab untuk mengakhiri konflik. Kita akan mempelajari tiga perikop dalam Perjanjian Baru yang memberikan prinsip-prinsip khusus untuk menyelesaikan konflik.

Persoalan Pribadi: Matius 18:15-20

Bagian pertama adalah catatan tentang pengajaran Tuhan Yesus sendiri. Dia memberi tahu para pengikut-Nya mengenai hukuman yang akan diterima orang berdosa. Mereka tidak sepatutnya menimbulkan keributan dan menjadikannya masalah besar, sebaliknya mereka harus mendatangi orang berdosa ini dan mengonfrontasikan kesalahannya dengan penuh kasih. Inilah yang dikatakan Yesus:
"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai." (Matius 18:15-17)

Mari kita perhatikan langkah-langkah yang ditunjukkan Kristus dalam perikop ini untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kepribadian.

  1. Menegur dengan kasih. Jika seseorang bersalah kepada kita, kita perlu mendatanginya. Meskipun ada orang kristiani yang berkata bahwa cara ini tidak akan berhasil, tetapi biasanya dapat menyelesaikan masalah. Pertemuan muka dengan muka, dalam sikap yang rendah hati dan penuh kasih, akan membuat banyak orang berdosa bertobat dan mengakui dosanya. Dengan demikian, percikan bunga api tidak akan menjadi api neraka.

  2. Bawalah satu atau dua orang saksi. Jika pertemuan muka dengan muka tidak berhasil, Kristus berkata supaya Anda mendatangi orang berdosa dengan dua atau tiga orang percaya yang dihormati oleh jemaat. Ada baiknya bila membawa serta pemimpin kaum awam yang telah berpengalaman menolong banyak orang. Kehadiran orang-orang saleh sering kali membuahkan pertobatan dan pengampunan, juga mengakhiri persoalan.

  3. Bawalah kepada jemaat. Jika dua langkah pertama dalam Matius 18 ini tidak berhasil menyelesaikan masalah, langkah ketiga harus diambil. Karena masalah ini tidak terselesaikan, para pemimpin gereja atau persekutuan harus bertindak. Mungkin mereka harus memaksa jemaat mengeluarkan si pendosa dari keanggotaan gereja atau persekutuan. Akan tetapi, mereka harus selalu berusaha dengan rendah hati menerimanya kembali dalam persekutuan.

Jika masalah pribadi timbul dalam pelayanan masa kini karena seseorang merasa disalahkan, prosedur yang dianjurkan Kristus harus diikuti. Pertemuan empat mata biasanya akan membawa penyelesaian. Jika tidak berhasil, dua atau tiga orang kristiani yang dapat dipercaya perlu dilibatkan. Hanya jika langkah-langkah ini gagal, barulah masalah ini dibawa ke sidang jemaat. Dan tujuan dari pengampunan dan pemulihan harus disampaikan kepada setiap orang. Tindakan ini dilakukan dengan doa dan sikap yang penuh kasih serta rendah hati.

Masalah Kebijakan: Kisah Para Rasul 6:1-7

Perikop ayat ini menceritakan sebuah situasi yang menyebabkan terjadinya pertengkaran hebat. Jemaat gereja mula-mula di Yerusalem yang menyalurkan uang dan makanan kepada janda-janda miskin, mulai pilih kasih. Kemungkinan mereka adalah kelompok mayoritas orang kristiani Yahudi yang berbahasa Aram. Mereka ini tidak pernah menyukai orang Yahudi yang memakai bahasa Yunani sebagai bahasa ibu. Prasangka ini dibawa ke dalam gereja sehingga para janda dari kaum yang lebih minoritas itu dilalaikan.

Hal ini membuat para anggota gereja berkebangsaan Yahudi yang berbahasa Yunani mulai gusar dan mengeluh. Sedikit demi sedikit emosi terus meninggi. Masalah besar akan timbul bila mereka tidak segera mengambil tindakan pencegahan. Karena itulah para rasul campur tangan, dan mereka berhasil menyelesaikan masalah ini dengan baik.

Bagaimanapun juga ini baru masalah kecil, yang tidak menyangkut ketidaksetujuan besar yang menyeret gereja ke dalam pertengkaran. Namun, kita mesti sadar bahwa banyak gereja pecah karena setengah anggotanya menginginkan organ merek tertentu, sedangkan lainnya menginginkan merek yang berbeda.

Inilah yang dilakukan para rasul untuk menyelesaikan konflik yang timbul.

  1. Mereka menghadapi masalah itu. Ketika para rasul mendengar bahwa orang Yahudi yang berbahasa Yunani mengeluh, mereka segera bertindak. Mereka tidak menyembunyikan masalah ini di bawah bantal dan berharap akan selesai sendiri. Mereka juga tidak membela diri, atau melihatnya sebagai kegagalan dalam kepemimpinan mereka. Sebaliknya, mereka mengumpulkan jemaat sehingga setiap orang tahu apa yang terjadi. Dan mereka tidak melindungi kepentingan mereka sendiri.

  2. Mereka bertindak. Para rasul menawarkan pemecahan ini:
    "Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." (Kisah Para Rasul 6:3-4)

    Para rasul melihat dengan jelas bahwa mereka harus memberi prioritas pada doa dan firman. Mereka menyimpulkan bahwa tanggung jawab menyalurkan makanan harus ditangani oleh orang-orang kristiani yang dapat dipercaya. Dan mereka melibatkan jemaat dengan meminta mereka memilih tujuh orang yang akan menangani peyalanan ini.

  3. Mereka menunjukkan kepercayaan. Jemaat yang mengikuti para rasul, mengambil langkah berikutnya dengan memilih tujuh orang dari kelompok minoritas untuk mengatur tugas harian. Kita mengetahui hal ini karena setiap orang yang terpilih mempunyai nama Yunani. Kaum Aram yang mayoritas bisa saja berkata, "Lihat, kami telah menunjuk lima orang dari kelompok kami. Silakan kalian utus dua orang dari kelompok kalian." Meski hal ini mungkin dapat diterima, tetapi belum tampak adanya perhatian dan kepercayaan yang membangun kebersamaan. Ketika mereka melihat tindakan yang penuh kasih dan kepercayaan itu, kelompok orang percaya berbahasa Yunani yang minoritas itu tidak lagi mempertahankan pertengkaran, sebaliknya menyelesaikan konflik dan mengasihi saudara-saudara seimannya.

Masalah Doktrin: Kisah Para Rasul 15:1-29

Acap kali yang menjadi masalah adalah hal-hal yang tidak dibahas secara khusus dalam Alkitab. Karena tidak ada arah yg jelas, sebuah jemaat mungkin terpecah tentang apakah yang benar. Kisah Para Rasul 15 menunjukkan bagaimana mengatasi konflik seperti itu.

  1. Menyusun strategi. Sekelompok jemaat Yahudi mengunjungi gereja di Antiokhia. Ketika berada di sana, mereka memberi tahu jemaat bahwa mereka harus disunat agar diselamatkan. Paulus dan Barnabas yang baru kembali dari perjalanan misi, mendebat orang-orang Yahudi legalis ini. Akan tetapi, mereka yang mempertahankan tradisi sunat itu, tidak mau berubah.

    Sebenarnya Paulus dapat menggunakan otoritasnya sebagai rasul, juga kemampuan berbicara dan berdebatnya untuk membujuk kelompok mayoritas itu. Namun, ia menyadari bahwa akibat dari tindakan ini hanya akan mempertajam konflik yang ada. Oleh karena itu, ia dan Barnabas, serta beberapa pemimpin di gereja Antiokhia, mengirim delegasi ke Yerusalem. Para pemimpin gereja akan mendiskusikan hubungan antara orang-orang percaya Yunani dengan hukum Musa, dan akhirnya dari situ mereka bisa memberikan nasihat.

  2. Ingat kembali apa yang Anda tahu. Yang pertama kali mengangkat permasalahan ini dalam pertemuan tersebut adalah para legalis. Ketika mereka selesai berbicara, Petrus berdiri dan menceritakan bagaimana Allah telah memakainya untuk membawa orang-orang Yunani ke gereja agar mereka diperlakukan sama seperti orang Yahudi. Kemudian Barnabas dan Paulus juga berbicara, menceritakan apa yang telah Allah lakukan di antara orang-orang Yunani. Melalui mukjizat, tanda, dan keajaiban, Tuhan menunjukkan kepada mereka bahwa Dia menerima orang-orang Yunani sebagai kepunyaan-Nya juga, walaupun mereka tak pernah mendengar apalagi melakukan hukum Musa. Yakobus kemudian mengutip perikop-perikop kunci dalam Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dikatakan para rasul sesuai dengan firman Allah.

  3. Tegas, tetapi luwes. Kemudian Yakobus membuat pernyataan untuk mengakhiri pertikaian itu. Ia memerintahkan orang percaya Yahudi untuk berhenti memaksakan sunat kepada orang-orang Yunani yang bertobat. Pernyataannya tegas, dan berdasarkan pada kebenaran Alkitab.

  4. Namun, ia juga mencoba melihat masalah ini dari sudut pandang kaum Yahudi. Ia menyadari bahwa praktik penyembahan berhala orang Yunani melukai hati banyak orang Yahudi. Oleh karena itu, untuk menjaga petobat baru dari serangan saudara-saudara mereka yang berkebangsaan Yahudi, ia memberi tahu mereka agar "menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah" (Kisah Para Rasul 15:20).

    Hasilnya, masalah teratasi. Orang Yahudi diminta untuk berhenti memaksakan sunat kepada orang Yunani sebagai persyaratan memperoleh keselamatan. Sebagai timbal baliknya, orang Yunani diminta berhenti melukai hati orang-orang Yahudi dengan praktik penyembahan berhala. Dan, akhirnya kedua belah pihak setuju. Konflik dalam hal doktrin ini diselesaikan dan persetujuan yang penuh kasih tercapai.

Jika masalah mulai timbul dalam gereja atau persekutuan Anda, belajarlah dari contoh-contoh dalam Alkitab seperti yang tercantum dalam Matius 18, dan dari peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 6 dan 15. Ketaatan pada pola alkitabiah akan menghindarkan atau menyelesaikan konflik dalam pelayanan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul asli buku : How Do You Settle A Church Dispute?
Judul buku terjemahan : Bagaimana Mengatasi Konflik Secara Kristiani?
Judul bab : Langkah-Langkah untuk Mengusahakan Perdamaian
Penulis : RBC Ministries
Penerjemah : Mariani Sutanto
Penerbit : Pustaka Gloria, Yogyakarta
Halaman : 31 -- 43