Alam dan Kasih Allah

"Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan." (Roma 8:19).

Apakah alam menggambarkan sang Pencipta sebagai Allah kasih? Jika demikian, mengapa dunia penuh dengan perampasan dan pembunuhan? Apakah yang mengatakan sesuatu mengenai hal ini, apakah Alkitab memiliki pernyataan yang berkaitan dengan hal ini? Ujilah dan telusurilah konsep Allah sesuai pernyataan Yesus Kristus tentang Dia, lalu pandanglah hidup ini apa adanya. Anda akan menemukan bahwa Allah, seperti yang dinyatakan di dalam Yesus Kristus, benar-benar bertentangan dengan dunia. Allah adalah satu-satunya yang mau menerima kenyataan bahwa Dia disalahkan; jelas Dia memisahkan diri-Nya dan membiarkan diri-Nya difitnah dan disalahkan; Dia tidak pernah berusaha membalas dendam.

Saat kita memandang alam semesta lepas dari "kaca mata kuda" yang menutupi akal kita, maka kita akan menemukan masalah yang sangat liar di dalamnya. Alam itu liar, tidak jinak. Ilmu pengetahuan modern membuat kita percaya bahwa alam itu jinak, sehingga kita dapat mengendalikan lautan dan udara. Benar juga, jika kita hanya membaca buku-buku petunjuk ilmu pengetahuan dan berhadapan dengan percobaan-percobaan yang sukses. Namun, tak lama kemudian kita akan menyadari bahwa ada beberapa unsur yang lepas dari perkiraan akal manusia, dan membuktikan bahwa alam semesta ini liar dan tidak dapat diatur. Padahal, saat menciptakan manusia pertama kali, Allah memerintahkan agar manusia menguasai alam semesta. Alasan mengapa manusia itu tidak dapat menguasainya adalah karena dia telah memutar-balikkan perintah itu dan menjadi tuan atas dirinya sendiri. Manusia tidak mengenali kuasa Allah atasnya. Yesus Kristus merupakan bagian dari hal-hal yang telah ditentukan Allah bagi manusia sejak mulanya. Dia adalah Tuhan atas kehidupan di dalam lautan, udara, dan bumi. Jika kita ingin tahu apa perlombaan yang dijalani manusia atas dasar penebusan, maka kita harus menemukannya tercermin di dalam Yesus Kristus, kesatuan yang sempurna antara Allah dan manusia. Sementara itu, ada pemisahan dan alam semesta itu liar. Paulus mengatakan bahwa tujuan penciptaan itu telah diselewengkan dari jalurnya dan telah diputarbalikkan, dan bahwa dunia menanti-nantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Pandangan Perjanjian Baru terhadap dunia adalah bahwa dunia tunduk pada perhambaan, bahwa dunia berada dalam kekacauan, menyimpang dari rencana Allah; dunia telah diputarbalikkan dan hanya akan dapat kembali benar jika Allah dan manusia kembali bersatu. (Lihat Roma 8).

Allah bertanggung jawab atas aturan alam semesta, jadi jika Allah menciptakan alam semesta, sementara kita tidak memiliki Roh Allah, kita tidak akan pernah dapat memahami aturan alam semesta seperti Allah.

Alam yang tidak peduli

"Semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah... (Kejadian 3:18-19). Hal ini memerlukan penjelasan yang tidak dapat dimengerti oleh akal pikiran manusia. Alkitab mengatakan alasan mengapa alam menjadi tidak bersahabat adalah karena alam itu sudah disalahgunakan karena ketidaktaatan manusia. Alam yang tidak peduli itu menyerang kita secara pribadi saat hati kita dikuasai kedukaan dan kesedihan yang tak terpahami di dalam roh manusia. Saat pagi hari, larut malam, dalam lautan dan pada pegunungan, dibangkitkan dengan kepekaan roh manusia, bukan dengan sentuhan Allah, kesedihan yang tak terkatakan, kelelahan berabad-abad, kesedihan yang berabad-abad, rasa jemu yang berabad-abad, menunjukkan bukti bahwa Allah telah demikian jauh dari manusia karena manusia telah menjauhkan dirinya sendiri.

Ketidakadilan alam.

"Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi" (Wahyu 21:1). Tidak ada hal yang lebih kejam daripada matahari, tidak ada tiupan angin yang lebih keras daripada padang gurun. Ada sebuah kebencian akan lautan dalam suatu segi kehidupan manusia; isteri seorang pelaut, misalnya, memiliki alasan tertentu mengapa dia memiliki ketakutan dan kebencian yang dalam terhadap lautan. Terhadap hutan rimba pada benua-benua yang luas, ada ketakutan yang sangat besar dan tak terkatakan. Inilah beberapa hal yang menyebabkan kita dianggap tidak baik jika mengatakan dengan fasih bahwa "Allah itu kasih".

Alam yang tidak mengenal Tuhan.

"Serigala akan tinggal bersama domba... Tidak ada yang berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan, seperti air laut yang menutupi dasarnya" (Yesaya 11:6,9). Yesaya berbicara mengenai suatu masa saat segala ketidakpedulian dan ketidakkenalan akan Tuhan akan berlalu, saat "serigala akan tinggal bersama domba" -- sebuah hubungan yang sekarang ini tidak masuk akal, akan terjadi; saat itu domba berbaring di sebelah serigala! Dunia ada di bawah kekuasaan manusia, namun Alkitab berbicara mengenai "masa yang akan datang" ketika tidak ada lagi dosa dan kekafiran -- "langit yang baru dan bumi yang baru". Kita akan sampai ke tempat itu, ditebus dengan ajaib, di tempat yang telah disediakan Allah yang telah dijadikan Allah dengan sangat indahnya, ketika dosa tidak ada lagi.

 

Unduh Audio

 

Sumber
Halaman: 
26 -- 30
Judul Artikel: 
Alam dan Kasih Allah
Judul Buku: 
Kasih Allah: Melihat dari Dekat Hati Allah sebagai Bapa
Pengarang: 
Oswald Chambers
Penerbit: 
Gospel Press
Kota: 
Batam