Menolong Para Penyandang Cacat

Edisi C3I: e-Konsel 144 - Komunikasi dalam Keluarga

Seperti Yesus yang melayani semua orang, kita pun dipanggil untuk melayani kebutuhan rohani maupun fisik dari orang-orang di sekitar kita. Bagi para penyandang cacat, kebutuhan rohani dan fisik adalah penting bila kita benar-benar membedakan kehidupan mereka.

Bagaimana kita bisa mulai menolong mereka? Ketika kita terpanggil untuk melayani para penyandang cacat, beberapa langkah praktis berikut bisa membantu kita.

  1. Lakukan penelitian.

    Sering kali, gereja tidak memerhatikan jemaat atau warganya yang menyandang cacat. Adakan penelitian untuk mengetahui siapa saja yang menyandang cacat dan cacat apa.

  2. Buatlah strategi penjangkauan.

    Hanya sedikit penyandang cacat yang mau menghadiri kebaktian di gereja (kira-kira 10 -- 20 orang). Jadi, kira-kira 10 -- 17% anggota gereja adalah penyandang cacat. Beberapa penyandang cacat mau menghadiri kebaktian di gereja bila mereka diundang atau bila mereka merasa diterima. Satu tim sukarelawan bisa dibentuk untuk mengadakan penjangkauan dan pelayanan kepada penyandang cacat ini.

  3. Jangan lupakan keluarganya.

    Sering kali, keluarga adalah perawat utama dari orang yang menyandang cacat. Stres merupakan masalah utama dari keluarga ini, seperti yang terlihat dari tingginya angka perceraian mereka yang luar biasa (85%) dan tindakan-tindakan pelecehan fisik, emosional, dan seksual. Terpisah dari gereja dan masyarakat merupakan hal yang biasa dihadapi oleh keluarga ini. Membantu menjaga dan merawat di malam hari atau menawarkan bantuan untuk membelanjakan kebutuhan sehari-hari bisa menjadi cara untuk menyatakan bahwa mereka diterima.

  4. Dukunglah pelayanan ini dari mimbar.

    Ini bukanlah pelayanan yang bisa bertahan tanpa dukungan dari pendeta. Pelayanan ini sulit dan tidak biasa. Seorang pendeta yang bersedia memopulerkan pelayanan ini dan memberi respons yang hangat kepada para penyandang cacat akan membangkitkan dukungan dari para jemaat.

  5. Mulailah dengan kepedulian terhadap penyandang cacat.

    Meskipun pelayanan ini didukung oleh pendeta yang benar-benar berkomitmen, tim sukarelawan yang terlatih, dan bangunan yang mudah dijangkau, gereja bisa saja menjadi tempat yang tidak menyenangkan bagi para penyandang cacat dan keluarganya. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa "bagaimana bersikap" itu lebih penting daripada "bagaimana Anda berpenampilan". Rencana untuk mengadakan Minggu Peduli Penyandang Cacat dan menggunakan buku-buku tuntunan untuk mendampingi penyandang cacat, misalnya Hearts in Motion (Agoura Hills, Cal.: JAF Ministries) bisa membantu jemaat memahami dunia penyandang cacat dan bagaimana seharusnya orang Kristen merespons mereka.

  6. Buatlah rencana pelayanan tahunan.

    Rencana ini harus mencerminkan tujuan dan sasaran selama setahun. Hindari hanya berfokus pada satu jenis kecacatan saja karena hal ini cenderung mengucilkan penyandang cacat lainnya. Sebaliknya, buatlah pelayanan yang mencakup berbagai jenis kecacatan, misalnya "respite care" (rawat inap) dan kelompok pendukung. Rencana ini harus didukung oleh banyak orang, yang artinya partisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan dalam komunitas orang-orang normal.

Tips bagi Para Pelayan Untuk memajukan sisi pribadi pelayanan ini, kita harus meneliti beberapa prinsip hubungan tertentu berikut ini.

  1. Pada saat pertama kali bertemu dengan seorang penyandang cacat, perlakukan mereka sama seperti Anda memperlakukan orang lain.
  2. Lakukan kontak mata saat berbicara dengan penyandang cacat.
  3. Ajukan pertanyaan mengenai kecacatan mereka hanya bila perlu saja, bukan karena keingintahuan yang tidak wajar.
  4. Dalam menjalin hubungan, sesuaikan dengan usia orang tersebut.
  5. Perlakukan orang itu dengan sopan, hormati ruang geraknya (dan peralatannya).
  6. Akuilah bila Anda tidak tahu bagaimana menolongnya, lalu katakan "..., tapi saya akan mencobanya."
  7. Hindari memberikan julukan kepada seseorang berdasarkan pada kecacatannya; gunakan kata "penyandang cacat" daripada "si cacat" atau "orang cacat".
  8. Dengarkan dia meskipun rasanya sulit dan membosankan.
  9. Jadilah peka; kadang-kadang mereka mengatakan "tidak" hanya untuk mengatakan, "Saya tidak mau menganggu Anda."
  10. Selingilah dengan humor. (t/Ratri)
Sumber
Halaman: 
168 -- 169
Judul Artikel: 
Leadership Handbook of Outreach and Care
Penerbit: 
Baker Books, Michigan 1994