Sehingga Keduanya Menjadi Satu (Bag. IV)

Jika kita melihat dengan seksama pada kehidupan yang dijalani oleh umat manusia di negara manapun di atas muka bumi ini, kita akan melihat persamaan gaya hidup pada mereka semuanya. Baik pada bangsa yang berkulit putih, kuning, coklat maupun hitam, semuanya memiliki gaya dan cara hidup yang sama. Gaya dan cara hidup ini adalah selalu berpusatkan pada perkara-perkara bumi. Terhadap hal-hal yang dari dunia ini seperti pekerjaan, uang, karier, deposito, jabatan, fashion, mode mereka antusias sekali. Di manapun mereka berkumpul, baik di rumah, di jalan maupun di kantor, topik pembicaraan mereka adalah hal-hal tersebut. Mereka semangat sekali membicarakan hal-hal tersebut. Cobalah engkau perhatikan sendiri ketika engkau sedang berkumpul dengan teman-temanmu, apakah yang selalu menjadi topik pembicaraannya? Bukankah hal-hal yang karnal?
 
Terhadap hal-hal yang karnal kita semua senang membicarakan dan mendiskusikannya. Bahkan pada orang-orang Kristen sendiri, mereka lebih menyukai berbicara mengenai hal-hal yang dari dunia ini. Terhadap hal-hal yang rohani mereka tidak begitu antusias. Mereka tidak begitu tertarik dengan hal-hal yang rohani, kecuali jika mereka terkena musibah. Saya ingat dengan seorang kawan yang secara tiba-tiba senang memutar lagu-lagu rohani tatkala ia sedang menghadapi musibah. Tetapi begitu musibah itu berakhir, ikut berakhir pula lagu-lagu rohani itu. Sepanjang sejarah manusia hanya segelintir orang saja yang menyukainya hal-hal yang berasal dari Allah Yesus berkata, "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati" (Matius 12:34). Apa yang keluar dari mulut berasal dari hati. Engkau dapat menilai hati seseorang dari kata-kata yang keluar dari mulutnya. Hati yang bersih akan mengeluarkan perkataan yang bersih dan hati yang kotor akan mengeluarkan perkataan yang kotor. Hati yang penuh dengan caci maki akan mengeluarkan kata-kata caci maki, tetapi hati yang lembut akan mengeluarkan perkataan yang manis. Hati yang karnal akan mengeluarkan perkataan-perkataan karnal dan hati yang rohani akan mengeluarkan perkataan-perkataan yang rohani.

Perkawinan antara manusia dengan ular telah melahirkan hati yang karnal di dalam diri kita semua. Itulah yang menyebabkan kita semua tunduk pada karnalitas di dalam diri kita. Di dalam diri kita telah terbentuk tabiat karnal dan dengan tabiat inilah kita hidup sejak kita keluar dari kandungan ibu kita. Tidak ada seorangpun yang dilahirkan tanpa karnalitas. Kita semua lahir dengan nature seperti ini, sebuah tabiat/sifat yang bukan saja karnal tapi juga rusak. Manusia yang pada awal mulanya diciptakan dalam rupa dan gambar Allah (Kejadian 1:26), telah rusak oleh karena pelanggaran terhadap hukum Allah. Kita tidak lagi mencerminkan gambar dan rupa Allah di dalam kehidupan kita, tetapi sebaliknya mencerminkan rupa dan gambar Iblis. Itulah sebabnya kita tidak usah diajari caranya membunuh, memperkosa, menjarah, merampok, mencuri, berzinah, memfitnah, berdusta, berselingkuh, korupsi, tapi kita dapat melakukan semua itu dengan sendirinya karena tabiat itu sudah tertanam di dalam diri kita sejak kita masih berada di dalam kandungan. Sesuatu yang dapat kita lakukan tanpa harus diajari terlebih dahulu disebut nature atau sifat atau tabiat dan nature ini adalah diturunkan/diwariskan.

Daud di dalam Mazmur 51:7 berkata: "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku." Ketika saya masih berada di dalam kandungan ibu, saya tidak pernah didatangi oleh malaikat dan berkata: "Philipus, sebentar lagi kamu akan lahir ke dunia ini. Sekarang aku akan memberikan kepadamu dua pilihan: kamu mau lahir sebagai orang kudus atau orang berdosa?" Tidak pernah ada pilihan buat saya seperti itu. Seandainya ada pilihan seperti itu saya akan memilih lahir sebagai orang kudus, bukan sebagai orang berdosa. Saya akan memilih lahir dengan hati yang bersih bukan dengan hati yang kotor dan karnal. Tetapi pilihan itu tidak ada buat saya. Nenek moyang saya, yakni Adam dan Hawa, telah membuatkan pilihan bagi saya. Saya harus lahir sebagai orang berdosa dengan segala tabiat karnalnya. "Dalam dosa aku dikandung ibuku," itulah perkataan yang tepat sekali. Semua persoalan yang ada di atas muka bumi ini memiliki akarnya pada tabiat manusia yang karnal dan rusak ini. Letak permasalahannya berada DI DALAM diri kita, bukan DI LUAR diri kita. Letak permasalahannya berada di dalam HATI kita, bukan pada lingkungan kita. Jika permasalahannya terletak di dalam hati, maka di situlah, pada hatilah, yang harus dibereskan terlebih dahulu. Suatu saat ada seorang hamba Allah yang sedang sibuk bekerja tapi anaknya yang kecil selalu mengganggu. Berulang kali sang ayah menasihati anaknya agar tidak mengganggunya tapi sang anak tetap saja mengganggunya. Kemudian sang ayah menyobek gambar bola dunia dari sebuah majalah lalu memotongnya menjadi beberapa bagian dan diperintahkannya kepada anaknya agar menyusun kembali bola dunia tersebut. Tidak berapa lama sang anak kembali kepada ayahnya dengan gambar bola dunia yang sudah terbentuk. Sang ayah terkejut karena begitu cepatnya sang anak dapat menyusun gambar bola dunia. Lalu bertanyalah sang ayah kepada anaknya: "Nak, bagaimana engkau dapat menyusun gambar bola dunia itu dengan begitu cepat?" Jawab sang anak,"Di balik gambar bola dunia itu terdapat gambar manusia, dan yang saya lakukan hanyalah menyusun gambar manusia itu sehingga gambar bola dunia itu terbentuk dengan sendirinya." Betapa sebuah pelajaran yang penuh hikmat yang Allah berikan kepada sang ayah.
 
Semua persoalan yang ada di dunia ini akan selesai dengan sendirinya jika hati manusia benar di hadapan Allah. Selama hati manusia tidak benar di hadapan Allah, selama hati manusia tetap karnal, selama hati manusia tidak diperbaharui oleh Roh Allah, maka tidak akan pernah ada penyelesaian terhadap semua persoalan yang sedang dihadapi oleh manusia. Agama tidak akan pernah dapat menyelesaikan persoalan. Pendidikan tidak akan pernah dapat menyelesaikan persoalan. Teknologi tidak akan pernah dapat menyelesaikan persoalan. Tidak ada satu produk atau hasil karya dari dunia ini yang dapat menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi oleh manusia. Tidak ada satupun orang yang cerdas, pandai dan genius yang dimiliki oleh dunia ini yang dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh manusia, bahkan pada mereka yang menyandang serentetan gelar sekalipun. Tidak satupun!

HATI YANG BARU
Selama ribuan tahun manusia selalu dihadapkan pada persoalan yang sama dari generasi ke generasi. Perjudian, pelacuran, perzinahan, pembunuhan, perkosaan, iri hati, dengki, benci, rakus, tamak dan hal-hal karnal lainnya tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Berbagai cara dilakukan untuk menghilangkan hal-hal seperti itu dengan memberikan pelajaran budi pekerti dan agama mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Tapi hasilnya nihil. Bahkan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin canggih kualitas kejahatannya. Mengapa manusia suka berjudi? Karena hatinya suka. Mengapa manusia suka melacur? Karena hatinya suka. Mengapa manusia berzinah? Karena hatinya suka. Mengapa manusia membunuh? Karena hatinya suka. Mengapa manusia memperkosa? Karena hatinya suka. Mengapa manusia penuh dengan iri dan dengki? Karena hatinya begitu. Mengapa manusia rakus? Karena hatinya begitu. Mengapa manusia tamak? Karena hatinya begitu. Mengapa manusia hidup dengan berpusatkan pada perkara-perkara bumi? Karena hatinya begitu. Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah apakah hati manusia yang karnal dan rusak ini dapat diperbaiki? Apakah hati manusia yang karnal dan rusak ini dapat diubah menjadi rohani dan benar di hadapan Allah? Jika ya, dengan apakah ia dapat diperbaiki? Jika tidak, lalu bagaimanakah agar supaya manusia berubah menjadi rohani dan benar di hadapan Allah?
 
Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus tahu hukum kelahiran yang diucapkan oleh Yesus di dalam Yohanes 3:6 dan hukum itu adalah: "Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh." Hukum ini mengatakan bahwa daging melahirkan daging dan Roh melahirkan roh. Dengan kata lain, daging tidak akan pernah melahirkan Roh, demikian juga sebaliknya Roh tidak akan pernah melahirkan daging. Dengan kata lain, daging (karnalitas) tidak dapat diubah menjadi rohani! Daging adalah daging. Karnal adalah karnal. Di dalam Roma 8:7 firman Allah lebih lanjut berkata: "Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya." Daging tidak takluk kepada hukum Allah. Daging selalu berseteru terhadap Allah. Jika tabiat daging selalu berlawanan dengan Allah, bagaimanakah mungkin ia diubah menjadi rohani? Jawabnya adalah tidak mungkin.
 
Jika daging tidak dapat diubah, tidak dapat diperbaiki menjadi rohani sehingga mengasihi hukum-hukum Allah, lalu bagaimanakah manusia dapat diubah dari karnal menjadi rohani? Jawabnya ada di Yehezkiel 36:26: "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat." Itulah jalan yang disediakan oleh Allah. Hati yang lama adalah hati yang keras, hati yang tidak takluk kepada hukum Allah, hati yang selalu berontak terhadap Allah, hati yang tidak bisa mengasihi Allah, hati yang selalu berseteru terhadap Allah, hati yang tidak menyukai perkara-perkara di atas, hati yang mengasihi perkara-perkara dunia ini. Hati yang lama ini tidak dapat diajar, ataupun diperbaiki agar supaya mengasihi Allah. Agar supaya manusia berubah dari karnal menjadi rohani, agar supaya manusia mengasihi hukum-hukum dan jalan-jalan-Nya, maka dibutuhkan hati yang baru, hati yang suka akan hukum Allah, hati yang mengasihi Dia, hati yang suka dengan perkara-perkara di atas dan Allah memang menyediakan hati yang semacam itu bagi kita semua.
 
Banyak orang mencoba memperbaiki hati yang karnal dan rusak dengan berbagai macam cara seperti pendidikan dan agama. Para orang tua berlomba-lomba memasukkan anak-anak mereka ke sekolah yang terbaik dengan harapan agar supaya anak-anak mereka tumbuh menjadi orang-orang yang "baik" di kemudian hari. Banyak juga orang tua yang menekankan pada pendidikan agama agar supaya anak-anak mereka tidak "liar" di kemudian hari. Kawan, saya ingin mengatakan bahwa tidak ada satu pendidikanpun yang dimiliki oleh dunia ini dapat mengubah tabiat karnal yang ada di dalam diri kita. Jangan salah mengerti saya. Saya tidak menentang pendidikan yang baik yang dimiliki oleh sekolah-sekolah, tapi tahukah engkau siapakah yang mengajar anak-anakmu di sana? Mereka adalah orang-orang yang karnal sama seperti engkau dan saya. Karnalitas selalu melahirkan karnalitas. Setinggi apapun pendidikan yang dialami oleh seseorang tidak akan pernah mengubah tabiat karnal di dalam hatinya.
 
Pernah melihat kontes anjing? Beberapa waktu yang lalu pada berita TVRI ditayangkan kontes anjing yang diadakan di sebuah negara (saya lupa negara mana). Anjing-anjing ini didandani dengan begitu rupa sehingga kelihatan manis dan lucu. Ada yang memakai baju, ada yang mengenakan sepatu, ada yang memakai kaca mata. Lucu-lucu. Tapi yang ingin saya katakan adalah betapapun manisnya anjing-anjing ini didandani, betapapun "anggun"-nya anjing-anjing ini bersolek, mereka tetap anjing yang kalau melihat bangkai tetap akan dimakannya. Pendandanan secara lahiriah pada anjing-anjing ini tidak mengubah nature atau tabiat anjing itu sendiri. Seperti itulah pendidikan dan agama. Pendidikan dan agama hanyalah "jubah" yang dikenakan pada hati yang karnal sehingga kelihatan manis dan "saleh" tapi tidak pernah mengubah tabiat karnal itu sendiri. Seseorang baru dapat berubah jika ia tidak lagi hidup dengan hati lamanya yang karnal melainkan dengan hati yang baru. Lalu bagaimanakah kita dapat memiliki hati yang baru? Untuk menjawab pertanyaan ini saya ingin mengajukan pertanyaan kepadamu: bagaimanakah engkau bisa memiliki hati yang lama dan karnal? Melalui kelahiran jasmani, bukan? Demikian juga, hati yang baru didapat melalui kelahiran kembali. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah" demikian Yesus berkata di dalam Yohanes 3:3. Kelahiran kembali adalah pintu masuk untuk mendapatkan hati yang baru. Kelahiran kembali adalah jalan satu-satunya untuk mendapatkan hati yang baru karena "apa yang dilahirkan dari daging adalah daging dan apa yang dilahirkan dari Roh adalah roh." Kelahiran daging (kelahiran jasmani dari kandungan ibu kita) telah melahirkan hati yang karnal di dalam diri kita dan kelahiran kembali oleh Roh-Nya telah melahirkan hati yang baru di dalam diri kita. Maka mereka yang telah mengalami kelahiran kembali memiliki dua jenis hati di dalam diri mereka, yaitu hati yang lama dan hati yang baru. Pengajaran gereja selama ini mengatakan bahwa mereka yang sudah dilahirkan kembali hanya memiliki satu hati yakni hati yang baru. Hati yang lama, tabiat yang lama, sudah mati dan yang baru sudah muncul. Pengajaran ini didasarkan pada firman Allah yang tertulis di dalam 2 Korintus 5:17 yang berbunyi "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." Tetapi jika kita mau meneliti lebih jauh, kita akan mendapati bahwa di dalam diri kita masih terdapat tabiat karnal yang selalu muncul sekalipun kita sudah dilahirkan kembali. Kita masih merasakan adanya kebencian, dengki, iri, dendam, tamak, rakus yang selalu muncul dari dalam hati kita. Kita masih merasakan adanya kekuatan yang besar di dalam diri kita yang selalu mendorong kita untuk mencari perkara-perkara di bawah. Lalu apakah artinya firman Allah yang tertulis di dalam 2 Korintus 5:17 tersebut? Jika firman Allah mengatakan bahwa "yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang," mengapa kita masih merasakan adanya tabiat karnal di dalam diri kita? Persoalannya akan menjadi jelas jika kita meneliti tenses yang digunakan pada ayat tersebut di dalam bahasa aslinya seperti yang dikatakan oleh Elwin Roach: "Adalah mustahil untuk menerjemahkan kata demi kata dari bahasa Yunani ke bahasa lainnya sehingga kita mendapatkan pengertiannya secara penuh. Oleh karena itu, karena tenses yang digunakan pada ayat tersebut adalah indicative, aorist, active, maka kita akan menjabarkan ayat tersebut sehingga didapatkan arti yang tepat sesuai dengan bahasa Yunaninya. 'Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama SUDAH berlalu, SEDANG berbalu, dan AKAN TERUS berlalu; lihatlah segala sesuatunya SUDAH menjadi, SEDANG menjadi, dan AKAN TERUS menjadi baru. Dan semua HAL YANG BARU ini berasal dari Allah'"
 
Jelaslah bahwa ketika kita dilahirkan kembali, kita tidak menjadi baru seratus persen. Ada bagian dari tabiat karnal kita yang sudah berlalu, ada yang sedang berlalu saat ini (dalam proses) dan ada yang masih akan berlalu pada masa yang akan datang. Inilah proses keselamatan. Keselamatan bukanlah sekedar terhindar dari neraka dan masuk sorga, melainkan sebuah proses transformasi dari karnal menjadi rohani, dari lama menjadi baru. Kelahiran kembali adalah titik awal dari proses keselamatan itu, bukan akhir dari keselamatan itu sendiri seperti yang diajarkan oleh sistem gerejani selama ini. Mereka yang telah dilahirkan kembali telah melangkahkan kakinya pada proses pembaharuan yang akan mereka jalani sampai mereka menjadi manusia baru sepenuhnya. Sayangnya banyak anak Allah yang tidak mengerti kebenaran ini sehingga mereka tetap menjadi karnal sekalipun mereka telah dilahirkan kembali puluhan tahun yang lalu. Proses pembaharuan tidak terjadi pada diri mereka. Itu membuktikan adanya ketidakberesan dalam dunia kekristenan saat ini. Lalu di manakah letak ketidakberesan itu? Saya akan ungkap pada bagian-bagian yang akan datang. (Bersambung).

From: Philipus Budiarjo
 
Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
Milis Ayah Bunda
Penerbit: 
--