Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Mengapa Kita Harus Mengasihi Sesama?

Kata kasih sering sekali dipakai, saking seringnya didengar mungkin banyak orang yang tidak lagi melihat artinya yang sebenarnya. Apakah sebenarnya kasih itu? Kasih dalam 1 Korintus 13 tidak menunjuk pada perasaan atau emosi. Kasih adalah sesuatu yang kita lakukan, bukan sesuatu yang kita rasakan. Ayat-ayat di dalamnya berbicara tentang sikap (misalnya, sabar) dan perbuatan (misalnya, tidak sombong).

Kasih bisa dinyatakan dalam tiga cara yang berbeda. Pertama, kasih yang romantis yang dilukiskan dalam Kidung Agung. Dalam kasih semacam ini, seseorang biasanya menjadi lebih mesra dan ingin memiliki. Dalam bahasa Yunani, kata yang digunakan adalah eros. Kasih erotis ini bukan dosa. Allah mengizinkannya ada. Kasih ini merupakan salah satu pengalaman terindah dalam hidup manusia, jika kasih ini dinyatakan dengan kesetiaan dalam sebuah hubungan khusus. Kedua, kasih timbal balik. Mungkin tidak merupakan hubungan timbal balik yang persis 50-50, tetapi masing-masing individu dalam hubungan ini memberi dan menerima balasannya. Contoh kasih ini bisa dilihat dalam hubungan persahabatan Daud dan Yonatan. Mereka berdua berhubungan sangat erat dan saling memerhatikan. Ketiga, yang paling tinggi tingkatannya, yaitu kasih yang menyelamatkan. Dalam hubungan ini, kita tidak berpikir tentang timbal balik ataupun romantis. Kita semata-mata berpikir tentang kesejahteraan orang lain, dan kita berkorban untuk melakukan apa yang kita mampu untuk meningkatkan kehidupan orang itu. Contoh kasih ini bisa kita baca di dalam 1 Yohanes 3:16. Kasih yang menyelamatkan menjungkirbalikkan pandangan kasih romantis yang bersifat egosentris. Kebudayaan populer mengatakan bahwa yang penting hanyalah apa yang membuat kita enak. Tetapi, konsep kasih seperti itu berlawanan dengan pengajaran firman Tuhan. Dalam Matius 5:44-48, Yesus mengajarkan bahwa kita harus mengasihi musuh kita. Kemungkinan besar kita tidak merasa mengasihi musuh kita, tetapi kita tetap harus memerhatikan mereka dan berusaha meningkatkan kesejahteraan mereka. Kasih yang menyelamatkan berkaitan dengan kemauan, bukan perasaan. Kita bisa berkorban bagi seseorang sebab kita mau berbuat begitu, bukan karena kita ingin melakukannya. Namun demikian, tidak berarti bahwa kasih yang menyelamatkan sama sekali dilakukan tanpa perasaan. Maksudnya, bahwa kemauan kita yang berkuasa dan unsur perasaan hadir sebagai faktor pendukung.

Yesus memerintahkan agar kita mengasihi sesama manusia. Sesama kita bukan hanya seseorang yang kita sukai, pacar, sahabat, dan keluarga. Sesama kita adalah semua orang yang ada di sekitar kita, baik yang kita kenal maupun tidak. Mungkin kita akan mengalami kesulitan untuk mengasihi orang yang tidak kita sukai, karena dia pernah merugikan kita, mencelakakan kita, atau mungkin juga menyakiti hati kita. Untuk mengasihi orang-orang seperti ini, kita harus mengatasi dendam yang kita anggap hal yang wajar. Mengasihi mereka dengan kasih yang menyelamatkan bukan berarti berpura-pura menyukai mereka, bukan juga dengan menyembunyikan perbuatan salah mereka. Caranya yaitu dengan mengampuni mereka dengan sungguh, berdoa bagi mereka, dan menolong mereka saat mereka memerlukan pertolongan. Dengan bersedia memerhatikan walaupun kita tidak merasakan kasih sayang, bukan berarti bahwa kita munafik. Meskipun kita tidak merasa mengasihi, kita bisa bersikap sopan, baik hati, suka menolong, dan sabar. Hal ini menunjukkan bahwa karena kasih karunia Allah kita bersedia memperbaiki kesejahteraan orang lain. Kita tidak perlu berpura-pura bahwa yang mendorong kita bertindak adalah perasaan kasih kita. Kasih timbul dari ketaatan. Jika seseorang menilai kita munafik dengan mengatakan bahwa kita bisa mengasihi tanpa perasaan cinta atau perasaan positif, kita hendaknya dengan jujur mengakui bahwa kita tidak memiliki perasaan akrab dengan setiap orang yang kita kasihi. Kita juga bisa mengatakan bahwa sebagai orang Kristen kita memilih untuk memerhatikan dan kita rela untuk menolong.

Sebagai orang Kristen kita berusaha keras untuk tetap terlibat memerhatikan orang lain tanpa peduli bagaimana perasaan kita terhadap orang tersebut. Pada waktunya, perasaan sayang dapat timbul dengan sendirinya. Tetapi perintah untuk mengasihi tinggal tetap, baik ada perasaan atau tidak ada perasaan.

 

Unduh Audio

 

Diringkas dari:

Judul buku terjemahan : Pola Hidup Kristen
Judul asli artikel : Apa yang Dimaksud dengan Mengasihi?
Penulis : Vernon Grounds
Penerjemah : Tim Yayasan Gandum Mas
Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang; Yayasan Kalam Hidup, Bandung; Lembaga Literatur Baptis, Bandung; dan YAKIN, Surabaya 2002
Halaman : 329 -- 332

Komentar