Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Konseling yang Berhasil

Edisi C3I: e-Konsel 370 - Keterampilan Penting bagi Konselor

Jika Anda adalah orang yang peduli, Anda pasti memberi konseling. Apabila Anda berkata, "Saya tidak pernah bisa memberi konseling," ini bisa diartikan bahwa Anda tidak mau mendengarkan orang yang berbeban berat, yang datang kepada Anda untuk meminta pertolongan. Memang ada banyak alasan, Anda mungkin malu, merasa tidak mampu, dst.. Akan tetapi, sebagai orang Kristen, kita seharusnya memiliki kerinduan untuk mau peduli dan menjangkau orang-orang yang terluka daripada menyembunyikan diri, walaupun ini berarti kita harus berbagi "beban" dengan mereka. "Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu." (1 Tesalonika 3:12)

Ketika seseorang memiliki kepedulian, ia dapat memberikan konseling dengan baik. Dalam sebuah penelitian, beberapa peneliti mendapati bahwa para dosen lebih berhasil dalam menolong para mahasiswa yang bermasalah daripada para konselor profesional. Sekalipun para konselor profesional memiliki pengetahuan lebih banyak dan teknik-teknik konseling yang lebih baik, tetapi para mahasiswa lebih memilih berkonseling dengan dosen mereka. Hal ini karena mereka memiliki relasi yang baik dengan para dosen.

Orang yang memilih berkonseling dengan seorang pendeta, dan khususnya dengan istri pendeta, biasanya juga berdasarkan relasi. Konseling semacam ini cenderung berhasil.

"Perjalanan hidup adalah suatu rangkaian kegentingan yang beberapa di antaranya dapat diprediksi dan diduga, dan beberapa di antaranya benar-benar mengejutkan," kata Norman Wright dalam buku "Crisis Counseling". Krisis-krisis kehidupan mendorong orang datang kepada keluarga besar dan teman-teman mereka untuk meminta bantuan. Sebab, mereka itulah yang biasanya mau mendengarkan dan mengasihi serta memberi penghiburan dan dukungan.

Berikut ini adalah lima rahasia untuk melakukan konseling yang baik:

  1. Belajar untuk mendengar.
    Ketika kita mau mendengarkan konseli, terutama pada awal pertemuan, kita akan mendapatkan banyak hasil yang baik, antara lain:
    • konseli merasa bahwa Anda peduli. Dengarkanlah apa pun yang disampaikan konseli, sekalipun mungkin terdengar berlebihan. Itulah cara meluapkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Karena didengarkan, konseli merasa bahwa ada orang yang peduli kepadanya.

    • konseli berkesempatan berbicara. Berbicara adalah terapi yang ampuh karena ketika berkata-kata, seseorang beralih dari tingkat emosional ke tingkat yang lebih rasional. Ini seumpama menjemur baju di atas tali jemuran, dengan menggelarnya satu per satu, baju yang awalnya berkerut dan tak berbentuk karena diperas, menjadi tampak jelas. Pikiran, perasaan, masalah, dan kebutuhan, terlihat begitu rumit. Namun, dengan mengungkapkannya lewat kata-kata, banyak hal akan mulai terlihat jelas.

    • kita dapat mempelajari masalah konselor. Saat kita berbicara, kita tidak belajar. Demikian juga, saat kita sibuk memikirkan jawaban, kita mungkin bisa salah memahami bagian dari pertanyaan-pertanyaan konseli. Karena itu, kita perlu banyak mendengar untuk belajar.

    Cara-cara yang bisa kita gunakan untuk mendorong konseli berbicara adalah dengan tersenyum, mengangguk, mencondongkan badan kepada konseli, dan menunjukkan perhatian. Biarkan konseli berbicara dengan leluasa, dengan memberikan penguatan positif kepadanya.

    Dalam pertemuan awal, kita juga perlu memastikan apakah yang kita dengar sesuai dengan apa yang disampaikan konseli. Terkadang, apa yang Anda dengar tidak seperti yang ia katakan. Terkadang, apa yang ia katakan bukanlah apa yang benar-benar ia rasakan. Karena itu, kita perlu bertanya seperti ini, "Benarkah apa yang saya dengar, Anda mengatakan bahwa ketika suami Anda lembur bekerja setiap malam, Anda merasa tertolak?" Dan, dapatkan konfirmasi dari konseli.

    Dalam memberi konseling, perhatikan hal-hal ini.

    • Jangan mudah terkejut. Saat kita tampak terkejut karena pernyataan konseli, ia mungkin akan merasa terancam dan enggan untuk terbuka lebih jauh. Mintalah Allah untuk menolong kita menerima seseorang meskipun apa yang dilakukan orang itu mungkin tidak kita sukai. Di sisi lain, Anda tidak perlu mendorongnya untuk bercerita dengan detail.

    • Mendengarlah dari dua sisi. Ingatlah bahwa apa yang Anda dengar dari satu sisi belum tentu akurat atau objektif. Mungkin saja konseli kita hanya menceritakan apa yang dipandangnya benar. Cobalah untuk melihat dari sisi orang lain dan jika memungkinkan, berbicaralah dengan orang yang terkait masalah dengan konseli.

    • Jangan menghakimi. Jadilah seperti apa yang Yesus lakukan terhadap wanita yang ketahuan berzina (Yohanes 8:11). Untuk konseling suami istri, ada baiknya kita melakukan konseling secara terpisah karena beberapa orang biasanya merasa terintimidasi di hadapan pasangan yang dominan.

  2. Fokus pada solusi, bukan masalah!
    Setengah jam pertama pada pertemuan pertama sudah cukup untuk mendengarkan masalah. Beberapa konseli senang menceritakan masalahnya, tetapi tidak mau mengerjakan solusi. Mereka mengharapkan simpati dan perhatian untuk terus datang kepada konselor. Jika kita membiarkan konseli seperti ini, kita tidak hanya membuang-buang waktu, tetapi juga melukai konseli karena kita memberikan simpati yang berlebihan. Anda akan menjadi tongkat mereka, tetapi tidak membiarkan mereka berjalan. Semua masalah bisa dikomunikasikan. Dengan penjelasan yang cepat dan terbuka, maka kita bisa segera beralih pada solusi!
  3. Kita tidak bisa mengubah orang lain, cara kristiani untuk mengubah orang lain adalah dengan mengubah diri sendiri. Untuk mengetahui bahwa konseli ingin ditolong adalah dengan mencari tahu apakah ia benar-benar mau membuat perubahan dalam tingkah lakunya. Sering kali, konseling pastoral dilakukan oleh seseorang yang memiliki berbagai masalah dengan pasangan dan mencoba menarik simpati. Banyak sekali sesi konseling yang berakhir dengan doa yang memohon pertolongan Tuhan untuk mengubah pasangan. Ini sama sekali bukan konseling Kristen! Cara Kristen untuk mengubah orang lain adalah mengubah dirinya sendiri.

    Sebagai konselor, janganlah membiarkan konseli pergi dengan merasa bersalah atas semua kesalahan yang diperbuatnya. Akan tetapi, di sisi lain, pengudusan adalah pertumbuhan dalam kasih yang mengarah kepada Allah dan sesama. Karena itu, kita harus menolong orang menerapkan kekristenan bagi masalah-masalah mereka dengan mengarahkan mereka untuk melihat bagaimana Kristus dapat mengubah sikap dan tingkah laku mereka sendiri, dan bagaimana mereka dapat menggunakan kasih kristiani dalam memotivasi pasangan untuk berubah.

    Jangan berusaha mengatasi masalah orang lain. Bantulah mereka untuk memahami masalah mereka yang sebenarnya, lalu kerjakan cara-cara mereka dalam mengatasinya. Bimbinglah mereka dalam memutuskan perubahan apa yang Kristus kehendaki untuk mereka lakukan untuk memulihkan relasi.

    Jangan memberi konseling "instan", khususnya jika Anda menangani konseling pernikahan. Operasi besar mungkin diperlukan! Namun, satu pertemuan biasanya tidak bisa langsung mengatasi masalah-masalah pernikahan. Yang membahayakan adalah ketika Anda menolong para konseli untuk mengurangi gejala-gejala, mereka sudah merasa lebih baik dan menganggap semuanya baik-baik saja. Padahal, masalahnya belum tuntas. Sebuah relasi biasanya memerlukan waktu yang lama untuk hancur dan memerlukan waktu yang lama untuk membangunnya kembali.

    Apabila sebuah pasangan mendesak untuk mengakhiri konseling, hentikanlah, tetapi usahakan untuk memberi mereka sebuah buku tentang memberi konseling yang baik kepada diri sendiri seperti "How to Have A Happy Marriage" karya David dan Vera Mace. Buku ini diuraikan dalam program 6 minggu, yang menolong pasangan mempelajari keterampilan dalam berkomunikasi, berkonfrontasi, dan menghargai.

  4. Tolonglah konseli untuk membuat rencana.
    Para konseli lebih mudah memikirkan pilihan solusi yang beragam saat berkonseling dengan Anda. Karena itu, tolonglah mereka untuk memutuskan pilihan yang kelihatannya paling baik, lalu susunlah rencana untuk melibatkan mereka dalam pelaksanaannya. Tugas utama Anda adalah mendorong mereka mengimplementasikan keputusan mereka sendiri.
  5. Apabila Anda menghadapi konseli yang terus-menerus menelepon Anda dan mengangkat beberapa masalah lama, bertanyalah, "Apakah Anda sudah mengusahakan apa yang kita putuskan?" Jika ia menghindar, doronglah dia untuk mencobanya sebelum Anda kembali mendiskusikan masalahnya. Yakinkan dia bahwa Anda masih memperhatikannya, lalu dengan senang hati dan dengan berani, tutuplah percakapan dan tutuplah telepon Anda. Namun, jika ia tidak mau menolong dirinya sendiri, Anda tidak dapat menolongnya.

    Jika Anda merasa banyak konseli telah mengganggu waktu doa dan waktu berkualitas Anda, cobalah mengikuti kelas training ketegasan. Dalam sebuah koran yang berjudul "Mengapa Seorang Istri Pendeta Kepayahan?" Roy Oswald, dari Institut Alban, menyatakan bahwa para istri pendeta sering kali meyakini bahwa jemaat mengharapkan mereka menjadi orang yang pasif dan tidak memedulikan kebutuhan mereka sendiri. Akhirnya, kebiasaan pasif membuat para istri pendeta kehilangan kontrol atas diri mereka sendiri.

    Sebenarnya, kebiasaan agresif berarti mengeksploitasi atau memaksa orang lain, sedangkan kebiasaan tegas kristiani adalah perasaan jelas tentang siapa Anda dan apa yang dapat dan tidak dapat Anda berikan. Anda boleh menerima penelepon yang benar-benar membutuhkan bantuan, tetapi jangan membiarkan agenda siapa pun mendominasi Anda.

  6. Ketahuilah kapan harus mengarahkan.
    Sambil mendengarkan, amatilah respons-respons yang kurang tepat seperti pengutaraan lisan yang tidak logis, emosi yang tak terkontrol, mata yang melihat ke mana-mana atau tidak fokus, depresi ekstrem, ketidakmampuan untuk membuat keputusan sederhana, keyakinan bahwa orang lain tidak dapat memahami mereka, kehilangan kontrol untuk makan, dst.. Hal-hal tersebut bisa menjadi gejala gangguan psikis, dan orang-orang yang memperlihatkan hal itu harus diarahkan pada konselor profesional atau psikiater yang terlatih. Jika perlu, carilah bantuan yang tersedia di daerah Anda untuk menolong Anda. Anda juga dapat mencari bantuan ke departemen kesehatan mental di negara Anda.
  7. Jagalah rahasia dengan sungguh-sungguh.
    Ketika seseorang membuka rahasia hatinya kepada Anda, Anda mendapatkan tanggung jawab besar untuk menjaga rahasianya dengan sungguh-sungguh! Jika Anda tidak dapat menjaga kepercayaan, jangan memberi konseling. Lebih baik beri tahukan kepada seseorang yang datang kepada Anda bahwa Anda tidak pintar dalam menjaga rahasia. Saya mengenal salah satu istri pendeta yang meminta suaminya dan orang lain untuk tidak menceritakan rahasia apa pun kepadanya. Itulah cara yang sengaja ia berikan agar rahasia mereka terjaga.
  8. Berhati-hatilah dengan orang yang suka bergosip karena mereka lebih senang memancing-mancing. Misalnya, seseorang mungkin berkata kepada Anda, "Saya tahu Mary sedang memikirkan tentang perceraian." Orang yang suka bergosip ini melihat Mary berkonseling dengan Anda di kantor gereja, dan ia melihat suami Mary tidak bersama dengannya baru-baru ini. Ia tidak benar-benar mengetahui bahwa Mary berpikir tentang perceraian, ia hanya ingin mencari tahu! Jika Anda mengira ia tahu dan menjawab ya, Anda sudah membocorkannya. Jangan kaget jika seseorang yang berkonseling dengan Anda selanjutnya menghindari Anda karena relasi Anda sudah berubah.

    Selanjutnya, ajaklah orang yang berkonseling dengan Anda untuk berdoa karena doa dapat memfokuskan perhatiannya pada Sumber pertolongan yang sejati -- Allah.

    Apabila Anda peduli, kembangkanlah keterampilan konseling yang baik, dan sediakan waktu untuk memberi konseling. Anda dapat menjadi penolong yang hebat untuk suami Anda. Konseling yang Anda lakukan mungkin cukup berarti dan meringankan beban baginya. Mungkin Anda dapat tawar-menawar dengannya, memintanya untuk sepakat meluangkan waktu bersama Anda dan keluarga Anda. Jika konseling adalah karunia yang Allah berikan kepada Anda, gunakanlah itu untuk memuliakan Dia. (t/S. Setyawati)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : Ministry
Alamat URL : https://www.ministrymagazine.org/archive/1987/04/successful-counseling
Judul asli artikel : Successful Counseling
Penulis artikel : Ellen Bresee
Tanggal akses : 21 Oktober 2014

Komentar