Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Apakah Autis itu dan Apa yang bisa Kita Lakukan?

Edisi C3I: e-Konsel 091 - Awas Autis!

Autis adalah penyakit atau gangguan pada perkembangan otak yang diperkirakan menyerang 1 dari 1.000 orang di Amerika. Orang yang menderita autis biasanya kurang mampu berbahasa dan tidak mampu bergaul dengan lingkungan sosialnya. Sekitar 80% dari jumlah penderita autis adalah laki-laki. Mengapa demikian, alasannya tidak diketahui oleh para peneliti.

Hal yang juga tidak diketahui adalah penyebab autis. Segala sesuatu dari perubahan genetik hingga kontak kandungan ibu dengan penyakit sampai ketidakseimbangan kimia telah dipersalahkan. Namun ternyata, faktor-faktor orangtua bisa diabaikan sebagaimana yang dianjurkan oleh beberapa peneliti.

Walaupun diinformasikan bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan penyakit anak mereka ini, beberapa orangtua terus-menerus mengatakan bahwa mereka merasa bersalah karena tidak mampu berinteraksi dengan anak mereka. Berikut ini adalah apa yang diketahui tentang autis.

  1. Kesulitan dengan kemampuan organisasi
    Penderita autis lepas dari kemampuan intelektual mereka, ternyata memiliki kesulitan mengatur diri mereka sendiri. Seorang pelajar autis mungkin bisa menyebutkan tanggal-tanggal bersejarah setiap perang yang terjadi, namun selalu lupa membawa pensil mereka ke kelas. Murid-murid ini bisa jadi seorang yang sangat rapi atau paling jorok. Orangtua harus selalu ingat untuk tidak memaksakan kehendaknya pada mereka. Mereka hanya tidak mampu mengatur diri mereka sendiri tanpa pelatihan yang spesifik. Seorang anak penderita autis memerlukan pelatihan kemampuan mengatur dengan menggunakan langkah-langkah kecil yang spesifik supaya berfungsi dalam situasi sosial dan akademis.

  2. Seorang penderita autis memiliki masalah dengan pemikiran yang bersifat abstrak dan konseptual
    Lepas dari apa yang dikatakan orangtua, beberapa penderita autis akhirnya memperoleh kemampuan abstrak, namun ada juga yang tidak. Pertanyaan: "Mengapa kamu tidak mandi?" nampaknya sesuai untuk dikatakan ketika sedang menghadapi anak yang tidak mau mandi. Dengan anak autis seringkali lebih baik menghindari kalimat pertanyaan yang mengundang perdebatan, sebaiknya Anda mengatakan: "Saya tidak suka kalau kamu tidak mandi. Ayo, masuk ke kamar mandi dan mandi sekarang. Kalau kamu butuh bantuan, saya akan menolongmu tapi saya tidak akan memandikan kamu." Hindari menanyakan pertanyaan yang panjang lebar. Para orangtua ataupun perawat harus sekonkret mungkin dalam seluruh interaksi mereka.

  3. Peningkatan tingkah laku tak wajar mengindikasikan peningkatan stres
    Dalam banyak situasi, terutama situasi yang tidak akrab, akan menyebabkan stres sehubungan dengan perasaan atau hilangnya kontrol. Dalam kebanyakan contoh, stres bisa dikurangi ketika anak-anak diizinkan untuk keluar dari situasi yang menekan. Membuat program untuk membantu anak-anak menghadapi stres di sekolah sangat disarankan.

  4. Perilaku mereka yang berbeda janganlah diambil hati
    Penderita autis seharusnya tidak dianggap sebagai seorang yang selalu berperilaku menyimpang atau ingin menyakiti perasaan orang lain atau mencoba membuat hidup jadi sulit bagi orang lain. Seorang penderita autis jarang bisa bersikap manipulatif. Umumnya perilaku mereka merupakan hasil dari usaha mereka keluar dari pengalaman yang menakutkan, atau membingungkan. Penderita autis, secara alami karena ketidakmampuan mereka, memiliki sifat egosentris. Kebanyakan penderita autis menghadapi masa-masa sulit untuk bisa memahami reaksi orang lain karena adanya ketidakmampuan persepsi.

  5. Gunakan kata-kata dengan makna sesungguhnya
    Secara sederhana, katakanlah apa yang Anda maksudkan. Jika pembicara tidak sangat mengenal si penderita autis, sebaiknya mereka menghindari penggunaan: singkatan/panggilan, ejekan, kalimat bermakna ganda, idiom, dan sebagainya.

  6. Ekspresi wajah dan isyarat-isyarat lainnya biasanya tidak berhasil
    Umumnya, mayoritas penderita autis memiliki kesulitan membaca ekspresi wajah dan mentafsirkan bahasa tubuh atau perilaku dengan kesan-kesan tertentu.

  7. Seorang penderita autis nampak tidak mampu mempelajari sebuah tugas
    Ini merupakan sebuah tanda bahwa tugas atau tugas-tugas itu terlalu sulit baginya dan perlu disederhanakan. Cara lainnya adalah menghadirkan tugas-tugas itu dengan cara yang berbeda -- baik secara visual, fisik, maupun verbal. Metode-metode ini seringkali diabaikan oleh guru-guru dan orangtua di rumah karena hal ini memerlukan kesabaran, waktu eksperimen, dan kemauan untuk mengubah metode atau kebiasaan lama.

  8. Hindari terlalu banyak informasi atau kata-kata
    Para guru dan orangtua harus jelas, menggunakan kalimat-kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana untuk menyampaikan maksud mereka. Jika anak-anak tidak punya masalah pendengaran dan bisa memperhatikan Anda, ia mungkin kesulitan memisah-misahkan apa yang diajarkan dan informasi lainnya.

  9. Tetaplah konsisten
    Persiapkan dan berikan sebuah daftar pendek pelajaran yang akan Anda ajarkan. Tulislah pada sebuah grafik. Datangi mereka setiap hari pertama-tama dengan anak yang muda. Jika perubahan terjadi, katakan padanya dan ulangi informasi tentang perubahan itu.

  10. Aturlah sikapnya
    Meskipun rasanya mustahil, adalah mungkin untuk mengatur sikap anak autis. Kuncinya ialah konsistensi dan pengurangan stres pada anak. Juga dianjurkan untuk melakukan penambahan sikap sosial yang positif dilakukan secara rutin.

  11. Hati-hati dengan lingkungan
    Dalam banyak contoh, seorang penderita autis bisa sangat sensitif dengan apa yang ada dalam ruangan. Cat tembok warna cerah atau dengungan lampu pijar sangat mengganggu bagi para penderita autis. Untuk membuat perubahan yang berarti, guru dan orangtua perlu waspada dan berhati-hati terhadap lingkungan dan masalah- masalah yang ada.

  12. Anak yang memiliki perilaku menyimpang atau terus-menerus membangkang merupakan sebuah tanda masalah
    Sekalipun anak-anak kadang-kadang berperilaku menyimpang atau membangkang, seorang penderita autis seringkali bersikap demikian ketika dia kehilangan kendali. Ini bisa menjadi sinyal bahwa seseorang atau sesuatu di sekitarnya membuatnya marah atau terganggu. Hal yang sangat menolong ialah keluar dari lingkungan itu atau jika ia bisa menuliskan apa yang mengganggunya, tetapi jangan mengharapkan sebuah respon positif misalnya ia melanjutkan untuk mengerti apa yang sedang terjadi dan apa artinya. Metode keberhasilan lainnya adalah permainan peran dan mendiskusikan apa yang membuatnya marah atau berkelakuan buruk. Biarkan ia menjawab karena ia berpikir Anda akan meresponi tingkah lakunya. Memanfaatkan aktivitas ini akan menolong untuk mengurangi kepadatan sebuah situasi sehingga mengubah fokusnya dengan memperhatikan apa yang mengganggunya.

  13. Jangan menduga apa pun saat mengevaluasi kemampuan atau keahliannya
    Orang-orang yang menangani anak-anak autis melaporkan bahwa beberapa orang autis sangat pintar matematika, tetapi tidak mampu menghitung uang kembalian yang sederhana di kasir. Atau, mereka memiliki kemampuan mengingat setiap kata yang ada dalam sebuah buku yang dibacanya atau pidato yang ia dengar, tetapi tidak ingat untuk membawa kertas ke kelas atau dimana ia menaruh sepatu olahraganya. Perkembangan kemampuan yang tidak seimbang merupakan sifat autisme. Autisme, sebagaimana disebutkan di atas, tidak begitu diketahui atau dipahami dengan baik. Ini masih merupakan masalah yang membingungkan bagi orangtua, guru dan mereka yang bekerja dan mengobservasi anak-anak semacam ini.

  14. Kunci
    Kunci untuk bekerja dengan penderita autis ialah: BERSABARLAH, BERPIKIRAN POSITIF, KREATIF, FLEKSIBEL, dan OBJEKTIF.

Tips tambahan bagi para orangtua:

  1. Temuilah dokter
    Jika Anda menduga anak Anda menderita autis, temui seorang dokter ahli dan mintalah diagnosa. Mintalah penjelasan kepada mereka dan tanyakan sebanyak mungkin pertanyaan yang menurut Anda perlu ditanyakan. Bersikaplah kritis! Jangan menunggu mereka memberikan informasi kepada Anda karena Anda akan menunggu begitu lama tanpa jawaban.

  2. Pelajarilah hak-hak orang cacat
    Biasakanlah diri dengan tindakan-tindakan orang cacat. Jangan takut untuk mengajukan permintaan pada dokter medis, sekolah, pengurus sekolah atau para guru. Mereka hanya akan melakukan apa yang diperintahkan atau diminta pada mereka. Dalam hal ini, kesabaran, kegigihan, pengetahuan, dan sikap menghormati akan memberikan hasil yang baik.

  3. Carilah bantuan
    Banyak anak cacat tidak pernah memperoleh bantuan karena orangtua mereka merasa takut dan malu. Ingat, tidak ada hal yang telah Anda lakukan yang menyebabkan kecacatan ini terjadi. Orang lain juga punya masalah yang serupa. Ada pertolongan untuk anak Anda. Teruslah mencari informasi.

  4. Bersabarlah
    Jangan menyerah. Ingatlah bahwa anak Anda tidak suka bertindak seperti itu tetapi mereka hanyalah berusaha untuk mendapatkan perhatian dari dunia dan sekitar mereka.

  5. Jangan berulang-ulang berusaha melatih sebuah tugas kepada anak
    Penderita autis biasanya menolak perubahan aktivitas rutin. Memaksa anak autis melakukan sesuatu justru bisa jadi malapetaka. Lebih baik jika Anda melihat ia mengalami kesulitan, mundurlah dan cobalah untuk memecahkan tugas itu menjadi sesuatu yang lebih sederhana dan mudah dikerjakan. Ini artinya ia telah mencapai batasnya -- sebagaimana kita semua juga bisa demikian. Cobalah untuk memberikannya pilihan. Ini akan memberinya indera kontrol dan stabilitas diri. (T/Sil)

Sumber
Judul Artikel: 
Situs Faithwriters

Komentar