Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Apakah Anak Saya Autis?

Edisi C3I: e-Konsel 091 - Awas Autis!

TANYA:
Perkembangan putra sulung saya sangat memprihatinkan. Dia tak peduli dengan lingkungan sekitarnya dan lebih senang mengucilkan diri ketimbang bermain dengan teman-teman seusianya. Saya harus berteriak saat memanggil, untuk membuatnya menoleh ke arah saya. Tidak cuma itu, dia juga kurang `nyambung` kalau diajak bicara. Apalagi kalau saya berkomunikasi lewat telepon, padahal usianya sudah 5 tahun. Awalnya, saya kira dia punya kelainan dengan telinganya. Tetapi setelah diperiksa, dokter bilang telinga anak saya baik-baik saja. Yang lebih mengkuatirkan, dia sanggup menangis berjam-jam jika sedang marah atau ngambek.

Seorang teman mengatakan kemungkinan anak saya menderita autis. Ketika saya bawa ke dokter, diagnosanya menyatakan baru sebatas gejala dan anak saya disarankan ikut terapi. Yang ingin saya tanyakan, benarkah semua perilaku anak saya adalah gejala autis? Kalau ya, bisakah disembuhkan dan bagaimana perkembangannya setelah dia dewasa? Apakah autis berkait erat dengan keterbelakangan mental?

JAWAB:
Austis adalah gangguan perkembangan yang luas yang terjadi pada anak, dan bisa terjadi pada siapa saja. Anak yang menderita autis biasanya mengalami gangguan perkembangan di bidang komunikasi, interaksi, perilaku, emosi, dan sensoris. Gejala autis sudah tampak sebelum anak berusia 3 tahun, yakni:

  • tidak adanya kontak mata,
  • tidak menunjukkan respon terhadap lingkungan,
  • kurang dalam berhubungan dengan orang lain (misalnya dalam bentuk komunikasi non verbal yang lemah),
  • kurang ekspresif serta kurang beremosi.

Selain itu, perkembangan bahasanya juga lambat. Misalnya:

  • jumlah kosa kata yang dikuasai sangat minim dan tidak sesuai dengan usianya,
  • kurang berinisiatif dalam berkomunikasi dengan orang lain,
  • penggunaan bahasa yang diulang-ulang,
  • kurang spontan,
  • mengulang-ulang gerakan dan sebagainya.

Jika tidak dilakukan terapi, maka setelah usia 3 tahun perkembangan anak akan terhambat atau mundur, seperti misalnya, kurang mengenal suara orangtuanya dan kurang mengenal namanya.

Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Namun diduga akibat gangguan neurobiologis pada susunan syaraf pusat, yaitu:

  • faktor generik,
  • gangguan pertumbuhan sel otak pada janin,
  • gangguan pencernaan,
  • keracunan logam berat,
  • dan gangguan autoimun.

Mengenai kesembuhan penyakit autis, sebetulnya tergantung pada penyebabnya. Jika penyebabnya faktor gangguan pada otak, maka autis tidak dapat sembuh total, meski gejalanya dapat dikurangi dan perilakunya dapat diubah ke arah positif dengan berbagai terapi.

Untuk anak Anda, sebelum menjatuhkan vonis autis, sebaiknya Anda membawanya ke psikiater anak agar bisa diperiksa secara lebih terarah. Dengan demikian, bisa diketahui apakah betul anak Anda menderita penyakit autis atau tidak. Ini dilakukan agar Anda bisa mengambil langkah ke depan secara lebih tepat. Anda juga dapat melakukan berbagai tindakan seperti, mengamati perilaku anak secara mendalam, mengetahui riwayat perkembangannya, melakukan pemeriksaan medis (kerjasama dengan dokter, psikolog), serta melakukan terapi wicara dan perilaku. Yang pasti, terapi ini bisa memakan waktu lama, sampai berbulan-bulan. Keberhasilan terapi itu sendiri tergantung diagnosa. Semakin dini diagnosa dilakukan, semakin tinggi keberhasilan pengobatan anak Anda. (PG)

Sumber
Judul Artikel: 
Situs Parentsguide

Komentar