Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Pemahaman Anak Mengenai Kematian

Artikel berikut ini mengajak kita untuk mengetahui secara psikologi umum, sejauh mana daya tangkap anak-anak akan kematian. Ingatlah untuk selalu berdoa minta hikmat dan kebijaksanaan dari Tuhan ketika Anda menerangkan mengenai kematian kepada anak. Terangkanlah, bahwa bagi orang percaya kematian itu bukanlah akhir dari segalanya, bahkan kematian adalah suatu keuntungan ("Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." -- Filipi 1:21).

Meskipun ada banyak konsep tentang kematian yang perlu anak mengerti, kita tidak boleh tergoda untuk menjelaskan semuanya sekaligus. Usia perkembangan anak mempengaruhi berapa banyak informasi yang dapat diserapnya. Selain itu penjelasan yang panjang akan membuat anak semakin bingung dan membangkitkan pertanyaan lain yang kita sendiri sulit menjawabnya. Jadi, lebih bijaksana kita memberikan jawaban singkat dan langsung tertuju pada apa yang ditanyakan anak kita.

Berikut ini adalah beberapa pemahaman anak mengenai kematian sesuai dengan perkembangannya menurut apa yang dikemukakan oleh Charles Schaefer dan Theresa Foy DiGeronimo:

  1. Anak usia tiga hingga lima tahun.
    Anak pada usia ini umumnya mengetahui bahwa kematian berhubungan dengan kesedihan. Kebanyakan anak beranggapan secara salah bahwa yang bergerak adalah hidup, termasuk misalnya awan, kipas angin yang berputar, jam, dan sebagainya. Tidak adanya gerakan berarti mati. Umumnya kematian dianggap sesuatu yang bersifat sementara. Apalagi pemahaman ini diperkuat oleh film kartun dan film anak yang mempertontonkan tokoh yang mati kemudian bangkit lagi. Rasa takut anak pada usia ini terutama adalah ketakutan pada kegelapan (karena orang mati dikubur), dan pada situasi dimana ia ditinggal sendirian. Rasa takut semacam ini timbul terutama pada mereka yang pernah menyaksikan atau mendengar cerita tentang upacara pemakaman.

  2. Anak usia enam sampai delapan tahun.
    Anak pada usia ini sudah mulai menyadari akan situasi keberakhiran dari kematian. Sekalipun demikian mereka masih sulit memahami akan sifat kematian yang tidak mungkin terhindarkan. Pada usia ini, jika ada orang yang mereka sayangi meninggal, anak-anak merasakan hal itu sebagai hukuman terhadap tindakan atau pikiran mereka yang salah.

  3. Anak usia sembilan tahun hingga remaja.
    Anak-anak pada usia ini mulai menyadari secara penuh bahwa kematian tidaklah terhindarkan dan bersifat universal. Mereka mulai mengetahui sebab-akibat kematian, seperti misalnya kematian sebagai akibat dari kerusakan fisik, penyakit, atau ketuaan, dan sebagainya. Mereka mulai memahami kenyataan dari kematian.

Dengan mengetahui prinsip dari perkembangan ini, orangtua juga dapat lebih bersikap rileks bila anak belum memahami beberapa konsep dasar dari kematian yang disebabkan oleh perkembangan usia mereka. Selain itu, orangtua dapat memberi penjelasan dan jawaban mengenai kematian sesuai dengan usia anak.

Sumber
Judul Artikel: 
Majalah Eunike Edisi 07/Triwulan IV

Komentar