Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Tips: Tiga Kata Penting Bagi Konselor

Edisi C3I: e-Konsel 010 - Prinsip Konseling

Berikut ini adalah 3 kata penting yang disebutkan oleh Dr. Gary Collins yang perlu dipelajari untuk konselor agar pelayanannya berhasil. Kata tersebut adalah: Empati, Kehangatan dan Ketulusan.

Empati

Empati adalah kata yang berasal dari bahasa Jerman "enfulung", yang artinya "merasakan di dalam" atau "merasakan bersama". Kebanyakan dari kita pernah merasakan pengalaman duduk di kursi penumpang di sebuah mobil yang sedang berjalan cepat. Kita akan ikut menjejakkan kaki kita kuat-kuat ke lantai mobil saat kita merasa bahwa mobil yang kita tumpangi perlu diperlambat jalannya. Pada saat-saat seperti itu kita ikut merasakan situasi yang dialami pengemudi dan kita ikut merasa bersama dengannya.

Dalam konseling, konselor yang efektif berusaha untuk melihat dan memahami masalah yang dihadapi konselee dari sudut pandang konselee itu. Kita mungkin bertanya-tanya, "Mengapa ia sangat kecewa?", "Bagaimana ia memandang situasi yang dialaminya?" atau "Jika aku adalah dia, apa yang akan kurasakan?". Sebagai seorang konselor kita memang perlu menjaga sudut pandang untuk tetap obyektif, namun kita perlu juga menyadari bahwa kita akan sangat menolong konselee seandainya kita juga mampu melihat permasalahan dari sudut pandang konselee dan membiarkannya mengetahui bahwa kita memahami perasaannya dan sudut pandangya terhadap masalah yang dihadapinya. Sebaliknya, konselee pun perlu mengetahui bahwa seseorang saat ini sedang berusaha memahaminya. Pemahaman timbal balik antara konselor dan konselee ini akan membangun jalinan rasa simpati dan saling pengertian yang maksimal.

Kehangatan

Kata kehangatan mungkin dapat disamakan dengan kata kepedulian. Kehangatan adalah keramahtamahan dan kepedulian yang ditunjukkan melalui ekspresi wajah atau raut muka, nada suara, bahasa tubuh, sikap badan, kontak mata dan tindakan-tindakan non-verbal lainnya saat konselor berusaha menghibur konseleenya. Kehangatan selalu mengungkapkan, "saya peduli denganmu dan saya tahu bahwa engkau adalah orang yang baik." Disini, sama halnya perilaku manusia pada umumnya, tindakan berbicara lebih keras dari pada kata-kata. Konselor yang mempunyai kepedulian yang besar terhadap orang lain tidak perlu mengungkapkan penghiburannya secara verbal, setiap orang yang tahu pasti dapat merasakannya.

Ketulusan

Ketulusan artinya apa yang dikatakan konselor memiliki kekonsistenan dengan tindakannya. Konselor selalu bersikap jujur terhadap konseleenya dengan menghindarkan pernyataan-pernyataan yang dapat dianggap palsu atau tidak tulus. Seorang penulis pernah mengatakan bahwa orang-orang yang benar-benar tulus adalah orang yang spontan tetapi tidak impulsif atau bukan orang yang tidak mempunyai rasa hormat, konsisten dengan nilai-nilai yang dianutnya, sikapnya tidak defensif, sabar akan emosi dalam dirinya dan mau mensharingkan dirinya sendiri dan perasaannya.

Gary Collin selanjutnya berkata bahwa Yesus telah memberikan teladan tentang empati, kehangatan dan ketulusan. Demikian pula kita para konselor Kristen, kita harus mampu melakukan hal yang sama. Namun pada prakteknya, sebagai konselor kita seringkali bersikap terlalu berlebihan terhadap salah satu dari ketiga karakteristik di atas. Kita mungkin akan terlalu berempati terhadap konselee sehingga kita menjadi kehilangan obyektifitas kita, mungkin kita terlalu hangat sehingga konselee merasa dirinya dimanja, atau terlalu tulus sehingga konselor justru kehilangan pemahaman tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan konselee-nya. Oleh karena itu, konselor harus rajin memeriksa kembali motif yang dimilikinya ketika ia sedang memberikan konseling terhadap konselee-nya. Sebagai konselor, kebutuhan kita akan terpenuhi dalam hubungan konseling, tetapi tugas utama kita adalah menolong orang lain dalam menghadapi masalah- masalah atau pergumulannya.

Sumber
Halaman: 
33 - 34
Judul Artikel: 
How To Be a People Helper
Penerbit: 
Regal Books, U.S.A, 1975

Komentar