Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Pemuda dan Karier

Edisi C3I: e-Konsel 148 - Kesaksian Natal

Selain masalah pasangan hidup, masalah lain yang menjadi pergumulan besar kaum muda adalah karier. Banyaknya pilihan karier kerap kali membingungkan mereka dalam menentukan profesi apa yang cocok untuk mereka tekuni. Ringkasan tanya-jawab dengan narasumber Pdt. Paul Gunadi Ph.D. berikut ini, menguraikan bagaimana para pemuda bisa menentukan karier yang tepat bagi mereka. Silakan simak ringkasannya berikut ini.

PEMUDA DAN KARIER

T :

Apa penyebab seseorang mengalami kesulitan dalam menentukan atau mengetahui dengan tepat di mana tempatnya di dalam dunia ini?

J :

Sebetulnya banyak sekali penyebabnya. Salah satu teori karier mengatakan bahwa aktivitas yang kita mulai pada masa kecil yang kemudian mendapat tanggapan positif, akan menumbuhkan minat kita pada bidang atau lapangan kerja itu. Saat kita semakin bertumbuh dewasa, kita termotivasi untuk mendalami bidang tersebut. Akhirnya, kita mulai mengembangkan kompetensi, kemampuan, dan keterampilan kita. Dengan kompetensi ini, akhirnya kita bisa memasuki jalur kerja. Dari teori ini, kita bisa menyimpulkan bahwa peranan orang tua, keluarga, atau guru-guru kita berpengaruh besar dalam masa-masa pertumbuhan kita, dalam penentuan atau penetapan karier kita. Sudah tentu akan ada juga faktor-faktor bawaan, kemampuan-kemampuan lahiriah, yang telah kita warisi pada masa bayi.

Menjawab pertanyaan tadi, salah satu penyebabnya adalah ada orang tua yang memang tidak memberikan bimbingan, tidak memberikan penguatan, imbalan, tanggapan positif tentang apa yang bisa dilakukan oleh anak sehingga si anak tidak pernah tahu apa yang bisa dilakukannya. Akhirnya, dia tidak memunyai minat. Waktu dia sekolah pun, dia hanya menjalani kewajibannya tanpa ada minat karena semua dilakukan dalam kesunyian, tidak pernah ada yang memberikan tanggapan apa-apa kepadanya.

T :

Bagaimana dengan anak-anak usia SMP dan SMA yang sering kali masih kebingungan karena pilihannya banyak sekali dan masih tidak bisa menentukannya?

J :

Memang kebingungan itu bisa muncul dari berbagai faktor. Faktor pertama adalah anak-anak yang memunyai banyak kemampuan juga bisa bingung karena bisa dalam banyak hal. Ini salah satu hal yang harus orang tua perhatikan sehingga orang tua tidak terlalu tergesa-gesa menyalahkan anak. Kalau anak itu memunyai banyak kemampuan, tidak usah khawatir, biarkan saja. Memang yang lebih mudah untuk masuk jalur adalah anak-anak yang kemampuan atau minatnya itu terfokus pada satu bidang saja, misalkan bidang Kimia, dari SMP sudah tahu jelas dia sangat senang dengan Kimia. Tapi ada sebagian anak yang memang tidak seperti itu.

Faktor kedua adalah ada sebagian anak yang memang tidak mendapatkan pantulan dari orang tua atau dari lingkungannya. Anak tidak pernah diberi tahu bisa apa, bagus sekali dalam hal apa, dan sebagainya. Semuanya biasa sehingga dia tidak tahu apa yang dia sukai.

Faktor ketiga adalah ada anak-anak yang memang kemampuannya kurang atau di bawah rata-rata sehingga di dalam semua bidang dia merasa tidak memunyai kebisaan dan tidak ada kepercayaan diri untuk memasuki salah satu bidang pun. Ini bisa terjadi karena bidang-bidang yang selama ini dia geluti kebetulan bidang-bidang yang tidak dia kuasai. Bisa jadi juga akan ada bidang lain yang belum dia ketahui tapi muncul belakangan. Ada pula anak-anak yang sebetulnya sudah tahu dia bisanya di bidang apa tapi dia tidak bisa menerima kekuatannya itu sehingga dia terus-menerus mencari. Masalahnya adalah dia mencoba membangun di tempat yang memang dia tidak memunyai modal sehingga selalu kandas. Tempat di mana dia punya modal justru dia tinggalkan dan tidak pernah dibangunnya.

T :

Seandainya ada anak remaja atau orang tuanya yang datang pada kita lalu menanyakan memang ada satu karier yang dia sukai tapi itu tidak cukup untuk menutup biaya hidupnya nanti. Kalau itu terjadi dan ditanyakan, bimbingan apa yang bisa kita berikan?

J :

Pertama-tama, kita selalu akan mengembalikan anak itu kepada kemampuannya. Karena minat harus selalu disertai dengan kemampuan. Meskipun meminati bidang tertentu, tapi dia tidak memiliki kemampuan di sana, sebagai orang tua atau konselor, kita tidak mendorongnya untuk ke sana. Jadi, jika ada hal-hal yang bisa dikembangkan, itu sudah tentu betul. Tapi ada hal-hal yang tidak bisa dikembangkan karena memang tidak ada kemampuan di sana.

Tahap berikutnya adalah tahap spesifikasi. Di tahap ini, anak-anak mulai menyempitkan pilihan-pilihannya. Misalkan dari lima sekarang menjadi dua atau satu. Usianya adalah sekitar 18 -- 21 tahun atau usia pasca-SMA, usia perguruan tinggi. Inilah yang kadang-kadang menciptakan masalah: orang tua kadang-kadang frustrasi dengan anaknya karena ada sebagian anak yang memang memerlukan waktu dua atau tiga tahun setelah SMA untuk mengetahui dengan jelas dan spesifik bidang yang dia minati dan mampu dilakukannya. Atau kasus yang kedua, dia mungkin masih mau meneruskan, namun tidak bisa. Makin tinggi tingkatan, makin susah dan makin jeblok angka-angkanya. Akhirnya, si anak sampai pada kesimpulan dan menerima diri apa adanya. Kasus seperti ini biasa dijumpai pada anak-anak yang sudah masuk, misalnya ke bidang teknik atau komputer. Setelah dibimbing, akhirnya baru dia menyadari bahwa bidangnya, misalnya, ke bahasa Inggris atau ekonomi, dan sebagainya. Pada saat itulah si anak dihadapkan pada pilihan untuk meneruskan, memaksakan, atau pindah. Kalau memungkinkan untuk pindah, memang sebaiknya pindah. Sebab biasanya kalau sudah sampai pada tahap ini dan anak ini memang memunyai sejarah yang lumayan stabil, biasanya pada waktu dia pindah dia memang sudah benar-benar jelas, sudah sangat spesifik sekali.

T :

Bagaimana kita sebagai orang tua membimbing anak supaya sebelum masuk ke perguruan tinggi dia sudah menemukan spesifikasinya?

J :

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Pertama, sejak anaknya berusia enam belas tahun, orang tua sudah harus mulai sering-sering mengajak anak berbicara. Kedua, selain mengajak berbicara dan menanyakan minatnya, orang tua juga bisa mulai menyediakan informasi tentang pekerjaan-pekerjaan tertentu atau memberikan keterangan atau mengenalkan anak dengan orang-orang tertentu pada bidang-bidang itu sehingga akhirnya anak-anak ini menyadari bidang yang disukai.

Tiga tahapan berikutnya adalah tahapan yang memang sudah menginjak ke usia dewasa. Tahap pertama adalah implementasi, dari usia 18 -- 25 tahun, tergantung anak-anak remaja atau pemuda ini mengambil keputusan untuk menempuh jalur karier tertentu dengan menindaklanjuti tekad atau pilihannya itu dengan langkah-langkah konkret. Bisa dengan masuk ke perguruan tinggi atau pindah bidang studi, pindah jurusan, atau justru masuk ke tempat-tempat yang lebih bersifat praktis, seperti kursus dan sebagainya.

Berikutnya adalah tahap stabilisasi, tahap di mana pemuda sudah masuk jalur. Sudah lulus sekolah, menyelesaikan pelatihan, usianya sekitar 21 atau 22 hingga usia 30 tahun. Disebut tahap stabilisasi sebab di sini remaja atau pemuda ini mulai menancapkan akar di bidangnya. Dia mulai belajar, lebih banyak pengalaman, lebih mengerti seluk-beluk pekerjaannya, dan perlahan-lahan mereka mulai membangun konsep diri yang sesuai dengan pilihan kariernya. Lama-lama profesi atau jabatan itu dikaitkan dengan siapa dirinya. Dengan kata lain, dia menjadi satu dengan profesinya.

Setelah itu barulah memasuki tahap konsolidasi, yaitu usia sekitar 30-an hingga usia 45 -- 50 tahun. Ini adalah tahap di mana pemuda atau orang-orang dewasa mengembangkan kariernya, meningkatkan kemampuan atau pindah pekerjaan, dan memasuki jabatan yang lebih baik lagi, namun jalurnya biasanya sama.

T :

Seandainya masih ada suatu keraguan di dalam dirinya atau belum ada kemantapan, apa yang terjadi pada orang itu?

J :

Sebetulnya, kalaupun mengalami keraguan, itu salah satu gejolak yang wajar. Kira-kira ada dua penyebabnya. Pertama, kadang-kadang kita ini sudah masuk ke bidang yang tepat, tapi kita belum menemukan tempat kerja yang tepat. Itu dua hal yang berbeda. Ada orang-orang yang harus berganti tempat kerja sampai empat atau lima kali, baru akhirnya bisa mengakarkan diri di situ. Kita tidak bisa mengatakan orang ini tidak stabil karena gonta-ganti tempat pekerjaan. Selama dia di bidang yang sama, kemungkinan memang dia hanya belum menemukan tempat kerja yang tepat. Di sini dia harus bercermin, melihat apakah ada faktor-faktor kepribadiannya yang membuat dia tidak stabil, membuat teman-temannya tidak cocok dengan dia. Faktor kedua, bisa jadi ada orang setelah usia empat puluh tahun di dalam menekuni bidangnya selama dua puluh tahun ingin pindah karier. Ada sebuah teori lain yang dipaparkan oleh Ann Roe dan John Holland, bahwa sebetulnya waktu kita berpindah karier, kita pindah ke karier di sebelah karier kita. Contohnya, seorang konselor masuk dalam kategori sosial. Sosial diapit oleh dua bidang yang lain, yaitu seni dan hiburan dan bidang bisnis atau "entrepreneur". Jadi, orang yang ada di bidang sosial memang bisa pindah ke bidang di sebelahnya, baik itu seni dan hiburan atau ke bidang bisnis. Demikian pula sebaliknya.

T :

Apakah firman Tuhan berbicara mengenai proses pertumbuhan pemuda yang menentukan kariernya ini?

J :

Amsal 3:5-6, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." Jadi benar-benar berserah, kita lakukan yang bisa kita lakukan. Langkah di depan kita, kita ambil, tapi selalu bawakan dalam doa.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
TELAGA - Kaset T143A
Penerbit: 
--

Komentar