Ketika dua kehidupan dipersatukan bersama dalam suatu hubungan intim jangka panjang, sewaktu-waktu akan muncul masalah. Banyak pasangan memasuki pernikahan dengan sedikit saja persiapan untuk menghadapinya. Kadang-kadang mereka kurang memiliki kedewasaan emosional, kemantapan atau keluwesan, yang harus dimiliki dalam pasangan yang berhasil.
Apa sajakah unsur-unsur pembentuk suatu pernikahan yang baik?Menghormati berarti masing-masing menerima pasangannya sebagaimana
adanya, tidak berusaha memperalat dan dengan tidak mementingkan
dirinya sendiri, membantu pasangannya untuk bertumbuh sesuai dengan
yang Allah maksudkan. Sikap menghargai tadi, membedakan antara yang
ideal dari yang merupakan kenyataan, serta tidak menuntut terlalu
banyak. "Kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri
hendaklah menghormati suaminya." (
Hakekat janji yang diucapkan dalam pemberkatan nikah ialah penyerahan diri secara tulus, satu kepada yang lain, sambil meninggalkan segala hal lainnya. Alkitab berkata, "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging." Waktu dan pengalaman membuktikan bahwa "menjadi satu daging" dalam pernikahan, tidak berarti pelepasan kepribadian atau hak-hak pribadi. Justru penyerahan diri akan memperkaya kepribadian keduanya.
Agar dapat berkomunikasi, harus ada pengertian tentang perbedaan-perbedaan emosional, mental dan jasmani, antara pria dan wanita. Perlu dikembangkan suasana persahabatan. "Lebih baik bersama teman hidupku, dari pada dengan orang lain." Harus terjadi percakapan, bukan saja berdiskusi ketika muncul perbedaan, tetapi pertukaran informasi yang berarti baik dalam tingkat intelektual maupun emosional.
Kasih harus diberi kesempatan untuk mendewasa. Suasana untuk itu,
terdapat dalam Firman Tuhan. Ketika perjalanan hidup menjadi berat,
pasangan tersebut tidak "membuang cinta" mereka; tetapi mereka
bertahan bersama dan berusaha menyelesaikannya. Mereka tidak
menganggap diri mereka "korban" dari "salah perhitungan", tetapi
"teman pewaris kasih karunia". (
Masalah dan perbedaan diselesaikan melalui pengampunan "Hendaklah kamu
ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra
dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah
mengampuni kamu." (
Kalimat-kalimat berikut perlu dihayati oleh pasangan-pasangan yang ingin agar pernikahannya terpelihara:
Aku sudah bersalah. Aku menyesal. Maafkan aku. Aku mengasihi engkau.
Mengerti dimensi rohani dalam pernikahan, membawa dampak yang dalam.
Paulus membandingkan pernikahan -- kesatuan suami dan istri -- dengan
hubungan kekal Kristus dan Gereja. (Lihat