Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak merupakan akibat dari berbagai faktor dalam kehidupannya. Seorang anak dipengaruhi oleh urutan kelahirannya dalam keluarga, struktur syarafnya, hubungannya dengan anggota keluarga yang lain, kekuatan dan kelemahannya secara biologi, dan lain sebagainya. Tetapi suasana di rumah, termasuk komunikasi melalui perkataan maupun sikap orang tua, memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku anak.
Kehidupan emosi seorang anak sebenarnya dimulai pada waktu kehamilan ibunya berusia enam bulan. Dalam bukunya, "The Secret Life of the Unborn Child", Dr. Thomas Verny meringkas data yang terbaru mengenai sifat janin yang mudah dipengaruhi.
Pertama, janin yang masih berada di dalam rahim dapat mendengar, mengalami, menikmati, bahkan belajar dan merasakan sampai tingkat tertentu.
Kedua, apa yang dirasakan dan diketahui oleh janin mulai membentuk sikap dan pengharapannya atas dirinya. Sikap ini dikembangkan dari pesan yang ia terima dari ibunya.
Ketiga, faktor yang terpenting dalam perkembangan emosi janin adalah sikap ibunya. Seorang ibu yang selalu gelisah atau tidak stabil emosinya karena akan menjadi seorang ibu, dapat meninggalkan bekas luka secara emosional pada kepribadian anak yang belum lahir. Sebaliknya, sukacita, kebanggaan, dan pengharapan dapat menunjang perkembangan emosi seorang anak secara positif.
Keempat, jangan sampai kita mengabaikan peran seorang ayah dalam proses ini. Perasaan seorang suami tentang istri dan anaknya yang belum lahir sangat penting dalam menentukan kehamilan yang berlangsung dengan baik dan sehat.
Setelah lahir, seorang anak sangat bergantung pada orang tuanya atas kesehatan dan perkembangan emosinya. Pikirkan sejenak ciri-ciri khusus dari sebuah keluarga yang sehat. Perhatikan bagaimana komunikasi yang positif dan membangun merupakan bagian yang utuh dari masing-masing unsur berikut.
Bagaimanakah keadaan keluarga di mana Anda dibesarkan sekarang? Apakah ciri-ciri di atas menggambarkan keluarga asal Anda?
Links:
[1] https://c3i.sabda.org/edisi_c3i/e_konsel_145_tanggung_jawab_dalam_keluarga
[2] http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/145/
[3] https://c3i.sabda.org/epublish/2
[4] https://c3i.sabda.org/epublish/2/518
[5] https://c3i.sabda.org/01/nov/2007/konseling_komunikasi_dalam_pernikahan
[6] https://c3i.sabda.org/stop_press_57
[7] https://c3i.sabda.org/jenis_bahan_c3i/tips
[8] https://c3i.sabda.org/fokus_c3i/fokus_c3i_juli_2015_penerimaan_pada_anak