Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Pertanyaan Anda

Saya mempunyai 2 orang anak, Johnny (9 th) dan Anita (7 th) yang temperamen-nya sangat berbeda. Johnny sejak kecil selalu mau menang sendiri, tidak mau mengalah dan sangat keras kepala. Saya dan suami seringkali harus mengalah supaya dia tidak marah-marah dan membanting apa saja yang ada di depannya. Beberapa kali ia sampai membanting pot bunga, bahkan piring sewaktu makan, kalau keinginan-nya tidak dituruti, misalnya dia ingin makan hamburger dan tidak mau masakan yang sudah tersedia.

Memang kami agak memanjakan anak ini sejak kecil karena ia anak pertama. Disamping itu Johnny memang sangat istimewa dimata "orangtua dan mertua" saya. Ia cucu laki-laki pertama dan sangat tampan, sehingga waktu kecil banyak orang yang menyukainya. Sejak ia masuk sekolah mulai TK sampai saat ini (SD III) kelakuannya sulit diatur dan difahami. Kami sering dipanggil guru atau kepala sekolah karena keributan dan kenakalannya. Nilai-nilai di sekolah juga pas-pasan, dan sulit kalau disuruh belajar.

Berbeda sekali dengan adiknya, Anita. Ia sangat penurut, selalu ingin membantu. Ia sepertinya memahami bahwa hati kami seringkali sedih oleh kelakuan kakaknya. Anita juga rajin belajar, punya banyak kawan dan selalu ranking satu di sekolah. Seolah-olah Tuhan ingin membalut kepedihan kami melalui anak manis ini. Saya dan suami tidak habis pikir, apa yang menyebabkan Johnny punya temperamen yang keras, dan aggressive sedangkan adiknya bertolak belakang. Apa yang harus kami lakukan, Bu??

Jawab:

Anda mungkin bertanya, mengapa dua anak yang hadir dalam lingkungan yang sama menghasilkan dua pribadi yang berbeda? Pertama, karena unsur herediter. Penelitian longitudinal dari Chess dan Thomas mengungkapkan bahwa 10% anak lahir sebagai difficult child/anak yang sulit ditangani; 40% easy child/anak yang mudah ditangani; dan 15% slow to warm up child/anak yang lambat beradaptasi. Setiap anak memang diciptakan Tuhan sebagai individu yang unik.

Kedua, perlakuan yang berbeda dari lingkungan. Johnny yang istimewa pada saat ia lahir dan diperlakukan istimewa pula oleh anda dan suami, orangtua, mertua, dan orang-orang di sekelilingnya. Unsur pendidikan yang kurang baik yaitu berusaha mengalah, memberikan apa yang ia mau dan "memanjakan anak" sudah menjadi sistem. Pada saat ia mulai masuk sekolah, lingkungan menuntut ia harus berbagi dengan teman-teman. Nampaknya ia tidak bisa disaingi, cepat frustrasi dan tidak bisa mengontrol keinginannya, sehingga yang nampak sekarang adalah kenakalan dan pribadi yang tidak bisa diatur.

Anita lahir sebagai anak gampang, tidak menyulitkan orangtua dan sekelilingnya, sehingga sejak kecil ia bisa mengatur diri, belajar sendiri dan bergaul dengan lebih baik. Atmosfer kehidupan kita ini memang ditandai oleh kecenderungan menyukai anak yang mudah diatur, memiliki otak yang encer dan akalnya cemerlang. Perbedaan-perbedaan inilah yang membuat anda gelisah, frustrasi dan tidak tau harus berbuat apa.

Ada beberapa saran:

  • Bawalah Johnny ke dokter specialist kejiwaan untuk anak, apakah ia membutuhkan pengobatan untuk meredakan aggressivitasnya.
  • Anda tidak perlu panik, karena pada saat-saat seperti inilah ketergantungan anda kepada Tuhan lebih nyata.
  • Johnny membutuhkan kebijaksanaan anda dan suami untuk memberikan rambu-rambu secara jelas apa yang ia boleh lakukan dan apa yang tidak.
  • Tidak ada kata terlambat, melalui proses ini anda akan heran bahwa berjalan bersama Tuhan anda sendiri akan bertumbuh dalam iman dan selalu ada pengharapan. Tuhan memberkati.
Sumber
Halaman: 
4
Judul Artikel: 
Parakaleo, Januari Maret 2005, Vol. XII, No. 1
Penerbit: 
Departemen Konseling STTRII
Kota: 
Jakarta
Editor: 
Paul Gunadi Ph.D., Yakub B.Susabda Ph.D., Esther Susabda Ph.D.
Tahun: 
2005

hal memberi di gereja

Saya ingin bertanya, bgaimana sikap kita sebagai pasangan yg melayani di gereja,. Kami sering dimintai untuk menyumbang di gereja, baik untuk acara2 kegiatan gereja dan pembangunan gereja.kejadian ini cukup sering kami hadapi. Sementara kami juga harus menyisihkan dana untuk memberi bagi orang tua kami yang sudah lanjut usia, kami juga harus menabung untuk masa depan anak2 kami. Pertanyaan saya, bagaimana sikap bijak yangharus kami ambil, sementara sya melihat program gereja kami tampak cukup boros, yaitu serjng mengundang pembicara2 terkenal kegiatan amal ini itu tetapi dan terus meminga pada majelis dan para aktivis. Sehingga kami sebagai pelayan disitu merasa lelah dan bingung dengan prioritas yang seharusnya. Demikian pertanyaan saya, mohon minta nasehat dan masukan nya .Tuhan memberkati

Re: Hal Memberi di Gereja

Salam kenal Ibu Fena,

Terima kasih atas kunjungan Anda di situs C3I dan pertanyaan Anda untuk kami.

Menurut saya, kita harus memprioritaskan apa yang utama dalam hidup kita, dalam hal ini keluarga. Jika kita dapat memberikan persembahan sukarela untuk pelayanan atau gereja itu lebih baik. Namun, kita juga perlu memberikan masukan ke gereja agar dapat mengelola keuangan dengan lebih bijaksana untuk kemajuan kualitas jemaat. Dengan demikian, uang yang ada di gereja dapat dimaksimalkan sebaik mungkin.

Intinya, kita memberi dengan tujuan dan cara yang baik. Sebisa mungkin tidak memberi sekadar memberi karena hal ini juga berdampak buruk bagi gereja. Jika kita merasa ada yang salah dengan pengelolaan uang di gereja, kita perlu memberi nasihat dan masukan yang benar. Dan, jangan sampai kita memberi dengan terpaksa atau merasa dibebani. Tidak perlu melihat jumlah, namun kita perlu menilik motivasi kita dalam memberi.

Demikian pendapat saya, kiranya jawaban ini bermanfaat bagi Anda.

Komentar