Konseling yang Efektif

Edisi C3I: edisi 343 - Konselor Awam yang Berhasil

Sejarah memperlihatkan ada pelayanan yang tadinya jaya dan berkembang, namun akhirnya runtuh. Namun, sejarah juga memperlihatkan ada pelayanan yang terus bertahan sampai ratusan tahun. Apakah yang terjadi sehingga ada pelayanan yang bertahan dan ada yang tidak bertahan? Apakah yang menjadi ciri pelayanan yang efektif?

  1. Pelayanan yang efektif dimulai atas dasar kebutuhan dan dilaksanakan atas dasar kesanggupan. Di dalam bukunya, "The Purpose Driven Church", Pendeta Rick Warren membagikan pemahamannya tentang kapan seharusnya kita memulai suatu pelayanan. Ia mengumpamakannya dengan berselancar di laut. Orang yang hendak berselancar pasti melihat adanya ombak; tanpa ombak, ia tidak akan dapat berselancar. Sebelum memulai pelayanan, kita pun mesti melihat adanya kebutuhan terlebih dahulu. Bila tidak ada kebutuhan, jangan memulai apa-apa karena itu tidak akan bertahan.

  2. Selanjutnya, untuk dapat berselancar, dibutuhkan orang yang memang dapat berselancar. Jika tidak, sewaktu ombak datang, orang itu pun akan dengan mudah tergulung ombak. Demikian pula dengan pelayanan. Sebelum memulainya, kita harus memastikan bahwa akan ada orang yang sanggup melakukannya. Jika tidak, pelayanan itu pun akan gulung tikar.

  3. Pelayanan yang efektif dilaksanakan oleh orang yang hidup kudus di hadapan Tuhan. Tidak ada yang dapat menggantikan kehidupan yang saleh dan berkenan kepada Allah. Sebuah pelayanan hanya akan berbuah selebat buah kehidupan pelakunya. Begitu banyak pelayanan yang akhirnya runtuh akibat kehancuran hidup pelakunya. Oleh karena belas kasihan Tuhan, acap kali Tuhan memberi kesempatan kepada pelaku pelayanan untuk terus melayani-Nya kendati hidupnya berdosa. Namun, jangan disalahartikan seakan-akan Tuhan buta akan dosanya. Sesungguhnya, Tuhan memberinya kesempatan untuk bertobat. Bila ia mengeraskan hati, suatu hari kelak ia akan ditinggalkan Tuhan dan pelayanan itu pun berhenti.

  4. Kehidupan pelaku pelayanan yang tidak kudus pada akhirnya akan mencemarkan semua sendi pelayanan itu sendiri. Ini sesuai dengan sifat dosa yang terus menyebar dan berkembang biak. Itulah sebabnya, pelayanan yang efektif adalah pelayanan yang berani memangkas ranting yang tidak berbuah, sebagaimana dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Yohanes 15:2, "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah."

  5. Pelayanan yang efektif dilakukan oleh orang yang hidupnya efektif. Ada orang yang hidupnya tidak efektif. Ia membuang waktu sembarangan, memakai uang seenaknya, memperlakukan orang semaunya, dan merencanakan sesuatu seadanya. Orang yang hidupnya sendiri tidak efektif, tidak akan dapat melakukan pelayanan yang efektif. Dituntun Tuhan dan beriman kepada-Nya tidak identik dengan hidup seenaknya. Sebaliknya, dituntun Tuhan dan beriman kepada-Nya menuntut adanya pertanggungjawaban dan kehati-hatian. Di dalam perumpamaan "Gadis yang Bijaksana dan Bodoh" dan perumpamaan tentang "Talenta" dalam Matius 25, jelas terlihat adanya tuntutan untuk hidup bertanggung jawab dan berhati-hati. Berapa banyak pelayanan yang hancur karena pelaku pelayanan hidup tidak bertanggung jawab dan sembarangan?

  6. Pelayanan yang efektif dapat mengoreksi dirinya sendiri. Ini berarti tidak ada seorang pun yang berani meninggikan diri dan menutup diri dari kritik terhadap kelemahan pribadi. Pelaku pelayanan harus tidak segan mengakui kesalahan yang terjadi dan bersedia untuk ditegur. Sayangnya, ada banyak pelayanan yang diisi oleh orang yang cepat puas diri dan tangkas menepuk dada. Akhirnya, orang ini tidak lagi terbuka terhadap saran dari sesama. Bila ini terjadi, pastilah tidak lama lagi ia pun akan sulit mendengar suara Tuhan.

Itulah sebabnya, pelaku pelayanan harus membudayakan kebiasaan bersedia dikoreksi. Jika pelaku pelayanan menerapkan budaya "tidak pernah salah", sesungguhnya ia tengah meluncur ke jurang kehancuran. Raja Saul tidak dikelilingi oleh orang yang berani menegurnya sebab ia memang tidak bersedia ditegur. Pada akhirnya, ia hanya dikelilingi oleh orang yang mengatakan apa yang ingin didengarnya. Kita tahu akhir kehidupannya: kebinasaan. Sebaliknya, dengan Raja Daud. Ia dikelilingi orang yang berani menegurnya, sebab itulah budaya yang diterapkannya. Ia bersedia ditegur manusia, dan orang yang bersedia ditegur manusia lebih mudah ditegur Tuhan. Akhirnya, Daud selamat!

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Nama situs : TELAGA.org
Alamat URL : http://www.telaga.org/
Judul transkrip : Pelayanan yang Efektif (T268B)
Penulis : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Tanggal akses : 3 Juni 2013