Mencari Pasangan Hidup

Mencari pasangan hidup bukanlah persoalan kaum remaja atau pemuda saja. Orangtua pun harus ikut memikirkannya dan mendoakannya bahkan semenjak sang anak masih kecil. Secara tidak sadar kadang anak-anak menjadikan orangtua mereka sebagai model atau figur akan pasangan hidup mereka nantinya. Pembekalan rohani yang cukup kepada anak sejak dini akan mempengaruhi sang anak dalam mengambil keputusan untuk menentukan kapan dan siapa pasangan hidupnya nanti. Untuk membahas ini, mari kita simak percakapan kita dengan Dr. Paul Gunadi.


   T : Apakah ada semacam pedoman dalam menentukan teman hidup,
       khususnya bagi pemuda-pemudi Kristen.
   J : Orangtua harus sadar bahwa anak-anak, dalam memilih jodoh,
       sebenarnya tidak begitu jauh dari orangtuanya. Anak melihat dan
       menyerap banyak dari orangtua; apa yang disukai dan yang tidak
       disukai dari orangtuanya. Lingkungan anaklah yang sebenarnya
       mengajarkan langsung kepadanya tentang jodoh, seperti apa orang
       yang akan mereka pilih nanti. Kalau anak pria suka pada ibunya
       maka dia akan cari wanita yang sama dengan ibunya, begitu pula
       sebaliknya dengan anak wanita. Jadi pengajaran kepada anak akan
       jodoh adalah seperti apa yang orangtua inginkan, seperti apa
       yang keluarga dan lingkungan inginkan.

   T : Pemuda/i Kristen saat ini banyak mengeluh karena jika ingin
       mencari pasangan yang seiman sulit, karena sering tidak sesuai
       dengan keinginan mereka. Mungkin karena ada unsur penampilan
       fisik yang diutamakan.
   J : Memang penting untuk menikah dengan yang kita sukai, seperti
       yang dikatakan Paulus dalam jemaat Korintus, boleh menikah
       dengan siapa saja. Tetapi Paulus pun mengajukan syarat yaitu
       harus orang yang percaya. Memang bukan alasan utama kalau
       menikah dengan pasangan yang seiman akan bahagia, tetapi yang
       harus disadari adalah ketaatan akan firman Tuhan.

   T : Bagaimana kalau misalnya memilih pasangan hidup yang tidak
       seiman, dengan harapan untuk menjadi seiman.
   J : Masalah ini akan membuka dua pintu, yaitu akan menjadi seiman
       dengan iman Kristen kita, atau menjadi seiman dengan iman
       pasangan kita? Jadi sekali lagi, itu semua adalah hal tentang
       menaati firman Tuhan

   T : Kalau anak sudah terlanjur berpacaran dengan yang tidak seiman,
       bagaimana sikap orangtua?
   J : Masalah di atas memang sangat sulit, sudah tentu kita harus
       berdoa. Kesulitannya adalah jika anak kita sudah telanjur jatuh
       cinta, dan tidak bisa melepaskan kekasihnya. Yang bisa kita
       lakukan adalah berbicara kepada anak kita bahwa "ini adalah
       hidupmu, engkau yang harus mengambil keputusan karena engkau
       yang akan bertanggungjawab akan kehidupanmu, jadi semua terserah
       padamu". Sebagai orangtua kita hanya bisa berdoa supaya suatu
       saat mereka akan berada dalam satu iman kepada Tuhan Yesus
       Kristus.

   T : Bagaimana sikap orangtua menghadapi anak remaja sekarang yang
       suka berpacaran?
   J : Ajar mereka takut akan Tuhan, bahwa tindakan pacaran bukan hanya
       untuk senang-senang tapi juga untuk masa depan kebahagiaan rumah
       tangga mereka.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
TELAGA - Kaset T006B (e-Konsel Edisi 009)
Penerbit: 
--