Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Menggunakan Uang dengan Tepat

Edisi C3I: e-Konsel 298 - Mengelola Uang

Kemudian pergilah perempuan itu memberitahukannya kepada abdi Allah, dan orang ini berkata: "Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah utangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu." (2 Raja-raja 4:7)

Setelah umat Tuhan nantinya mendapatkan uang, uang tersebut haruslah digunakan secara benar. Mereka harus bisa menggunakan uang yang mereka peroleh untuk hal-hal yang benar. Kalau mereka berutang, mereka harus menganggap pelunasan utang sebagai prioritas utama dari uang yang mereka hasilkan.

Supaya mampu menggunakan uang dengan tepat, paling tidak ada tiga hal yang harus diperhatikan umat Tuhan. Mereka harus bisa mengelola keinginan mereka, memenuhi kewajiban terlebih dahulu, dan memiliki disiplin yang tinggi.

Kecenderungan untuk Memenuhi Keinginan

Satu di antara halangan utama jika memiliki uang adalah berusaha untuk memenuhi keinginan yang ada dalam kehidupan mereka. Ada demikian banyak keinginan yang ada pada diri mereka, sehingga mereka akan selalu berusaha memenuhi keinginan-keinginan mereka saat memiliki uang.

Mengelola uang

Oleh karena itu, umat Tuhan harus bisa mengalahkan keinginan mereka untuk memiliki barang secara berlebihan, yang membuat mereka selalu "harus" menghabiskan uang ketika memiliki uang. Tanpa memiliki kemampuan ini, maka semua uang mereka akan tersedot dalam usaha untuk memenuhi keinginan mereka. Akibatnya, saat memiliki uang mereka akan membeli lebih banyak barang, sehingga mereka akan selalu merasa kekurangan uang karena mereka selalu ingin membeli barang.

Jangan Ambil Risiko Baru, Penuhi Dahulu Kewajiban!

Setiap umat Tuhan pasti ingin cepat keluar dari masalah keuangan. Akibatnya, mereka berani mengambil tindakan yang mengandung risiko tinggi, supaya cepat mendapatkan banyak uang. Sering kali, tindakan berani ini bukannya membuat mereka keluar dari masalah keuangan, malahan akan membuat mereka kehilangan lebih banyak uang.

a. Kecenderungan Menggunakan Uang untuk Berusaha

Beberapa umat Tuhan yang berutang merasa bahwa mereka harus menggunakan uang yang seharusnya mereka gunakan membayar utang untuk berbisnis. Mereka melakukannya dengan harapan agar mendapatkan keuntungan dari bisnis, sehingga akhirnya bisa mempercepat proses pembayaran utang.

Cara pikir seperti ini tampak bagus dan mudah dianggap sebagai suatu kebenaran yang harus selalu diikuti. Namun, ada kalanya bisnis yang dianggap bisa mempercepat proses pelunasan utang ini, malahan akan membuat mereka terpukul dengan utang baru.

Hal ini bisa terjadi karena bisnis selalu berpotensi mendatangkan kerugian. Semakin besar peluang untuk menggapai keuntungan yang besar, akan selalu diikuti oleh peluang untuk menderita kerugian yang besar pula. Oleh karena itu, umat Tuhan harus berhati-hati ketika mereka memiliki bisnis yang berpotensi mendatangkan keuntungan maupun kerugian yang besar ini.

Dalam banyak kasus, umat Tuhan yang memiliki kewajiban, lebih baik segera menyelesaikan kewajiban ini daripada menggunakan uang untuk menjalankan suatu bisnis. Keuntungan yang mereka inginkan bisa dengan mudah menjadi kerugian yang harus mereka tanggung, sehingga membuat kewajiban mereka semakin banyak.

Dalam satu seminar, ada seorang peserta yang memberikan pertanyaan sebagai berikut,"Saya memiliki tagihan kartu kredit yang cukup besar. Saat ini, saya mendapatkan berkat untuk mendapatkan uang lebih. Saya ingin menggunakan uang tersebut untuk berbisnis dahulu, supaya saya bisa membayar tagihan kartu kredit dari hasil usaha tersebut. Apakah tindakan ini merupakan tindakan yang bijaksana?"

Untuk menjawab pertanyaan seperti ini, saya selalu menjawab, "Bayar dulu utang kartu kredit!" Jawaban ini terlihat sangat konvensional, namun sebenarnya merupakan tindakan yang paling aman dan cepat, agar dapat segera keluar dari utang. Sering kali, bisnis yang diharapkan untuk membayar kartu kredit tersebut belum membawa hasil dan bahkan harus membutuhkan lebih banyak uang lagi, sehingga makin menambah beban masalah keuangan.

Umat Tuhan sedapat mungkin menghindari tindakan mengharapkan bisa keluar dari masalah keuangan lebih cepat dengan cara mengambil risiko baru.

b. Risiko Masalah Rohani

Umat Tuhan yang tertimpa masalah keuangan sering kali juga merasa bahwa cara tercepat untuk mengeruk banyak uang adalah dengan 'memaksa' Tuhan untuk segera memberikan kekayaan. Akibatnya, mereka memberikan banyak persembahan kepada gereja, pelayanan, maupun kepada semua orang yang membutuhkan, dengan motivasi untuk segera mendapatkan uang dalam jumlah yang lebih besar.

Akibatnya, mereka memberikan uang dalam jumlah yang lebih besar kepada Tuhan di saat mereka membutuhkan dengan tujuan untuk mendapatkan uang yang lebih melimpah. Mereka rela memberikan semua uang karena mereka mengharapkan untuk mendapatkan uang dalam jumlah yang lebih besar lagi.

Umat Tuhan yang menggunakan uang dengan cara seperti ini biasanya akan mendapatkan kehancuran. Ingat, Tuhan tidak bisa disuap. Tuhan harus menjadi tujuan utama dari semua tindakan yang dilakukan umat-Nya. Tindakan memberikan persembahan hanya untuk keuntungan diri sendiri, sama sekali tidak bisa diterima Tuhan.

Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah utangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Diperlukan Kedisiplinan

Tanpa adanya kedisiplinan, umat Tuhan tidak bisa mencapai tujuan mereka. Kedisiplinan seolah-olah merupakan kacamata kuda yang membuat umat Tuhan tidak bergeser dari tujuan yang sudah ditetapkan bagi mereka.

Umat Tuhan yang memiliki uang biasanya cenderung melupakan tujuan yang ingin mereka capai, karena dorongan untuk memenuhi semua keinginan yang ada dalam hati mereka. Untuk itu, mendisiplin diri untuk tetap menggunakan uang hanya untuk kebutuhan yang dimiliki merupakan keharusan mutlak, supaya mampu lolos dari masalah keuangan yang dimiliki.

Oleh karena itu, disiplin merupakan kunci untuk keberhasilan pada semua aspek kehidupan. Disiplin ini juga merupakan kunci kesuksesan menjadi pengikut Yesus. Firman Tuhan menyatakan bahwa tanpa disiplin menerapkan apa pun yang diinginkan Tuhan, umat Tuhan tidak menjadi pengikut Yesus.

Kemudian Yesus berkata kepada pengikut-pengikut-Nya, "Orang yang mau mengikuti Aku, harus melupakan kepentingannya sendiri, memikul salibnya, dan terus mengikuti Aku." (Matius 16:24)

Dengan demikian, umat Tuhan harus mendisiplin diri untuk menggunakan uang yang sudah mereka peroleh dengan susah payah dengan baik.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku : Bebas dari Kekurangan Uang
Judul bab : Menggunakan Uang dengan Tepat
Penulis : Benny Santoso
Penerbit : Penerbit ANDI, Yogyakarta 2006
Halaman : 221 -- 226

Komentar