Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Mengajarkan Anak Menggunakan Uang

Edisi C3I: e-Konsel 94 - Mengatur Keuangan Keluarga

Cinta akan uang bisa muncul dari dua situasi yang bertolak belakang, yaitu:

  1. Kita dibesarkan di lingkungan dimana uang berlimpah, sehingga kita bisa menikmati hidup dengan mudahnya. Oleh karena itu, kita menjadi terbiasa dengan keberadaan uang di kantong kita, tanpa disadari terbentuklah hubungan cinta antara kita dan uang itu.

  2. Hidup yang sangat sulit dimana susah sekali membeli kenikmatan hidup karena tidak tersedianya uang.

Dua kondisi ini sama-sama berbahaya, sebab Tuhan berkata: "Ini adalah akar, akar dari segala kejahatan."

Hal yang dapat dilakukan orangtua untuk mengajarkan anak menggunakan uang:

  1. Konsep uang jajan, ini akan menolong anak belajar mengatur uang.

  2. Anak hanya bisa mengatur uang jika dia memegang uang, tanpa uang di tangannya tidak ada yang harus diatur. Uang saku bisa mulai kita berikan pada waktu anak-anak itu duduk di kelas 0 (nol), yaitu uang saku untuk membeli sesuatu yang memang dia inginkan atau perlukan pada jam sekolah itu. Setelah itu, misalnya pada usia 11-12 tahun, kita bisa mulai memberi uang lebih, supaya nantinya dia dapat mulai menggunakan uang untuk keperluan lain.

  3. Mengajarkan prinsip pemakaian uang yakni membedakan antara yang perlu dan yang tidak perlu.

  4. Dapat membedakan antara sesuatu yang menyenangkan hati atau antara yang sedang menjadi tren dengan yang benar-benar dia butuhkan. Tapi yang lebih penting adalah mengajarkan:

    1. Mengutamakan membeli barang yang ia butuhkan.

    2. Kemudian membeli barang yang ia sukai.

    3. Barulah seandainya ada uang yang tersisa, dia dapat membeli barang yang memang sedang menjadi tren.

Amsal 3:9-10, "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu. Maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya."

Yang Tuhan katakan di sini adalah bahwa harta itu tidak selalu berkonotasi negatif atau salah. Kita mesti mempunyai pengajaran yang berimbang, jangan sampai kita akhirnya menekankan kepada anak bahwa uang itu adalah kotor, hitam dari setan. Harta adalah sesuatu yang memang sebetulnya bisa digunakan untuk hal yang baik. Artinya, kita bisa memuliakan Tuhan, membuat nama Tuhan menjadi dipuji oleh karena harta yang kita miliki atau yang kita berikan itu. Dikatakan juga "dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu", artinya supaya kita mengakui bahwa semua itu berasal dari Tuhan dan tetap menjadi hak milik Tuhan, Tuhanlah yang harus menikmatinya, bukan kita.

Tuhan berkata: "Lumbung-lumbungmu akan terisi penuh sampai melimpah- limpah dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." Artinya, kalau kita mampu memberikan harta kita kepada Tuhan, Tuhan akan memberikannya kepada kita. Saat tangan kita terlalu erat menggenggam, tidak akan banyak yang Tuhan bisa taruh di dalam tangan kita. Tapi ketika tangan kita bisa dengan elastis membuka genggamannya, maka akan lebih banyak yang Tuhan letakkan pada tangan kita. Prinsip inilah yang hendaknya akan terus kita ajarkan kepada anak-anak supaya mereka tidak mempunyai pandangan yang negatif tentang harta, sehingga dia bisa mengembalikannya kepada Tuhan, dan dengan itu pula dia memuliakan Tuhan dan Tuhan memberkati dia.

Sumber:

[[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #072B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. ==> http://www.telaga.org/ringkasan.php?anak_menggunakan_uang.htm -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org atau: < TELAGA(at)sabda.org > ]]

Sumber
Judul Artikel: 
TELAGA - kaset No. T072B (e-Konsel Edisi 094)

Komentar