Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Lampiran: Tujuh Pertanyaan Dasar (7 bagian)

Tujuh Pertanyaan dasar
oleh: Paul Little
1. Bagaimana dengan orang di luar Kristus?
2. Apakah Kristus satu-satunya jalan kepada Allah?
3. Mengapa orang yang tak bersalah menderita?
4. Mungkinkah terjadi mujizat?
5. Bukankah Alkitab banyak mengandung kesalahan?
6. Bukankah pengalaman Kristen hanya soal kejiwaan?
7. Bukankah hidup yang bermoral dapat membawa saya ke Surga?

Pegangan:
1. Bagaimana dengan orang di luar Kristus?

"Bagaimana dengan orang-orang yang belum pernah mendengar tentang Yesus Kristus? Apakah akan dihukum ke neraka?" Hal-hal tertentu hanya diketahui oleh Allah saja (Ulangan 29:29). Dalam hal-hal tertentu Allah tidak mengungkapkan seluruh rencana-Nya. Walau demikian, tentang pertanyaan tadi, Firman Tuhan memberikan beberapa petunjuk yang perlu kita ingat.

  1. Allah adalah adil. Apa pun yang akan Ia lakukan terhadap orang yang belum pernah mendengar Yesus Kristus adalah adil.
  2. Tidak seorang pun akan dihukum karena menolak Yesus Kristus yang belum pernah didengarnya; sebaliknya ia akan dihukum karena melanggar pengertian moralnya sendiri, baik tinggi ataupun rendah. Seluruh dunia -- setiap orang, entah ia sudah mendengar tentang 10 hukum atau belum, ada di dalam dosa. Roma 2 (Roma 2:1-29) menjelaskan bahwa setiap orang mempunyai semacam pedoman, dan dalam setiap kebudayaan, secara sadar orang melanggar pedoman yang mereka punya. (Roma 2:12-16).
  3. Firman Tuhan menunjukkan bahwa setiap manusia mempunyai cukup petunjuk tentang adanya Allah melalui ciptaan (Roma 1:19,20 "sehingga mereka tidak dapat berdalih"). Mazmur 19:1-14 mendukung fakta ini. Matius 7:7-11 dan Yeremia 29:13 sama menyatakan bahwa jika seseorang bertindak sesuai dengan kebenaran yang diketahuinya dan mencari Allah, Allah akan memberinya kesempatan untuk mendengar kebenaran tentang Yesus Kristus.
  4. Tidak ada petunjuk Alkitab bahwa manusia dapat diselamatkan di luar Yesus Kristus (Yohanes 14:6). Hanya Dia yang menebus dosadosa kita. Dialah satu-satunya jembatan yang menjembatani jurang yang memisahkan kemungkinan tertinggi usaha manusia dari ukuran kekudusan Allah yang tidak terbatas (Kisah 4:12). Kita, yang menyebut diri Kristen, harus berusaha supaya yang belum mendengar Injil boleh mendengarnya.
  5. Alkitab berbicara sangat jelas tentang penghakiman bagi mereka yang sudah mendengar Injil. Di hadapan Allah, bukan tentang kekafirannya, tetapi pertanggungan jawab atas sikapnya pribadi terhadap Yesus Kristus yang akan dihakimi. Biasanya seseorang bertanya tentang masalah ini sebagai jalan untuk mengelak dari tanggung jawabnya pribadi. Kita perlu menjawab pertanyaan ini. Tetapi menjelang akhir percakapan itu, kita harus soroti dirinya dan tanggung jawabnya. Sikap apa yang akan dia ambil terhadap Yesus Kristus?

Pegangan:
2. Apakah Kristus satu-satunya jalan kepada Allah?

Baik kejujuran maupun kesungguhan beriman tak dapat menciptakan kebenaran. Iman tidak lebih sah daripada obyek yang kepadanya iman disandarkan. Masalah utamanya adalah masalah kebenaran. Misalnya ada agama yang bidang moral dan etikanya sangat mirip dengan Kristen, tetapi keduanya sangat bertentangan tentang satu masalah penting. "Siapakah Yesus Kristus?" Ada yang menyangkal bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah. Kedua paham iman ini tak dapat sekaligus bersama-sama benar. Pasti yang satu benar; yang lain tidak benar. Jika pokok dasar Kekristenan salah, iman kita tidak berarti.

Masalah tadi mengandung beberapa aspek emosional. Orang-orang Kristen tidak fanatik, picik atau tekebur waktu mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan kepada Allah. Orang-orang Kristen tidak punya pilihan lain karena Yesus Kristus sendiri yang berkata demikian. Kita berhadapan dengan kebenaran yang sampai kepada kita lewat penyataan, melalui campur tangan Allah di dalam Kristus, ke dalam sejarah umat manusia.

Beberapa peraturan dan hukumnya ditetapkan melalui persetujuan bersama. Misalnya melanggar lalu lintas terkena tilang. Tetapi dalam beberapa aspek hidup lainnya, seperti hukum alam, tidak terjadi karena penetapan bersama. Hukum gaya tarik bumi adalah salah satu hukum yang demikian. Dalam wilayah moral, seperti halnya alam, ada hukum-hukum yang tidak ditetapkan bersama. Kita mengetahui adanya hukum-hukum ini dari yang Allah nyatakan yaitu fakta-fakta yang memang berlaku di dalam hukum alam semesta ini. Bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan kepada Allah adalah fakta yang Allah nyatakan berlaku dalam hukum rohani.

Pegangan:
3. Mengapa orang yang tak bersalah menderita?

Jika Allah Maha Baik dan Maha Kuasa, mengapa orang yang tak bersalah menderita? Di sini kita harus mengakui ketidaktahuan kita. Kita tidak mempunyai penjelasan lengkap tentang asal dan masalah kejahatan, karena Allah hanya menyatakan sebagian kepada kita. Allah menciptakan alam semesta yang sempurna; manusia, melalui kehendak bebasnya, memilih untuk tidak taat. Kejahatan masuk ke dunia melalui ketidaktaatan manusia. Karena manusia tidak taat dan melanggar hukum Allah, kejahatan masuk ke dunia.

Kita seharusnya tidak meringankan hadirnya kejahatan dalam setiap kita. Jika Allah menghakimi kita, tak seorang pun dari kita akan terluput dari hukuman. Seandainya Allah menetapkan, "Tengah malam ini semua kejahatan akan dilenyapkan dari dunia ini." Siapakah di antara kita yang masih ada pada pukul 01.00 pagi harinya?

Setelah melihat masalah pribadi manusia dengan kejahatan, perlu kita tahu bahwa Allah sudah melakukan segala yang diperlukan untuk menyelesaikan persoalan itu. Ia datang ke dalam sejarah manusia dalam Tuhan Yesus Kristus, dan Kristus mati untuk menyelesaikan masalah ini. Setiap pribadi yang mau menyambut-Nya, menerima kasih-Nya, anugerah dan pengampunan dalam Yesus Kristus. Tak ada gunanya kita berspekulasi tentang masalah kejahatan. Masalah yang kita hadapi adalah fakta kejahatan itu. Pemecahan satu-satunya bagi fakta ini adalah Anak Allah, Yesus Kristus.


Pegangan:
4. Mungkinkah terjadi mujizat?

"Mungkinkah terjadi mujizat? Dalam zaman kemajuan ini, bagaimana seorang pandai yang mengerti tentang keteraturan alam ini dapat mempercayai adanya mujizat?" Masalah sesungguhnya di sini ialah adakah Allah atau tidak. Kalau Allah ada, maka mujizat adalah logis dan tidak bertentangan dengan akal. Allah adalah Allah yang Maha Kuasa. Ia dapat dan sedang terlibat dalam dunia yang diciptakan-Nya.

"Bagaimana saya tahu bahwa Allah ada?" Sejarah mencatat banyak usaha untuk membuktikan keberadaan Allah. Tentu saja, ada pula bukti-bukti yang dapat dipakai untuk menyanggahnya. Jadi "bukti-bukti" tadi paling banyak hanya dianggap sebagai petunjuk, bukan sebagai kesimpulan akhir.

Petunjuk terbesar keberadaan Allah adalah kedatangan-Nya masuk ke dalam sejarah manusia. Saya tahu Allah ada, bukan karena semua argumen filsafat, tetapi karena Ia datang dalam sejarah manusia dalam Yesus Kristus dan saya sudah bertemu dengan-Nya secara pribadi. Jawaban kita mulai dengan Dia. Pernyataan-pernyataan-Nya dapat dipercaya. Dukungan paling kuat adalah fakta bahwa Ia bangkit dari kematian. Cara terbaik untuk mempertahankan iman Kristen ketika kita membimbing orang untuk mengerti dasar logis Kekristenan, adalah dengan mengajak dia memikirkan pilihan-pilihan yang ada. Satu cara untuk merangsang pemikirannya adalah menanyakan, "Yang mana dari 3 kemungkinan tentang Yesus Kristus yang anda yakini, jika anda tidak percaya bahwa Ia adalah kebenaran?" Hanya ada 4 kemungkinan kesimpulan tentang Yesus Kristus dan penyataan-Nya. Entah Dia pembohong, gila, dongeng atau kebenaran itu sendiri.

Pembohong. Kebanyakan orang menerima Yesus sebagai Guru dan filsuf moral yang agung. Mengatakan Ia seorang pembohong berarti bertentangan dengan pendapat di atas.

Orang gila. Dikira-Nya tindakan-Nya benar, padahal sebenarnya ia mengidap sakit jiwa yang membuatnya berkhayal bahwa diri-Nya besar. Menganggap Dia menderita paranoia, tidak sesuai dengan ciri kepribadian Yesus Kristus. Keseimbangan dan ketenangan yang ditunjukkan-Nya, tidak sesuai dengan ciri orang yang menderita gangguan paranoia.

. Legenda. Ia tidak pernah menyatakan pernyataan-pernyataan yang dianggap berasal dari Dia. Itu dilakukan oleh pengikut-pengikut yang fanatik. Arkheologi modern, membuat teori ini sulit dipertahankan. Penemuan-penemuan terakhir meneguhkan bahwa dokumen-dokumen Perjanjian Baru ditulis oleh orang yang hidup sezaman dengan Yesus Kristus. Untuk mengembangkan sebuah legenda perlu waktu yang lebih lama.

Pokok-pokok pikiran tadi perlu kita ajukan kepada orang yang mengambil posisi pertimbangan materialis, yang berdasarkan pra-anggapan rasionalis yang tidak mempercayai hal-hal adhi-kodrati, menolak mujizat keluar dari kemungkinan. Bila seseorang mulai dengan pra-anggapan ini, bukti sebanyak apa pun tak akan meyakinkan dia tentang kebenaran. Jika anda mulai dengan menyangkal kemungkinan adanya mujizat, bukti apa lagi akan meyakinkan anda bahwa sebuah mujizat sudah terjadi? Kristus berhadapan dengan masalah ini dalam Lukas 16:28-31. Prinsip tersebut masih berlaku. Data yang kita miliki mengenai kunjungan Allah ke bumi ini adalah dasar yang cukup bagi kita untuk percaya. Kalau bukti ini ditolak, tidak ada bukti lain yang bisa meyakinkannya.

Pegangan:
5. Bukankah Alkitab banyak mengandung kesalahan?

"Bagaimana anda menyelaraskan iman dengan fakta bahwa Alkitab begitu penuh dengan kesalahan?" Kelayakan Alkitab dipertanyakan di sini. Pertama, tanyakan kesalahan khusus mana yang dipikirkannya. Sebagian besar penanya tidak punya contoh yang jelas. Jika seseorang punya masalah khusus dan anda tidak dapat menjawab, jangan panik. Sebaliknya senyumlah dan katakan padanya, "saya belum dapat menjawab pertanyaan itu; tetapi saya senang mencarikannya untuk anda." Jika seseorang belum pernah membaca Alkitab, ini satu petunjuk nyata dari ketidakjujurannya mengajukan pertanyaan itu. Tetapi jangan menekankan hal ini kepadanya jangan pula mentertawakan atau mempermainkan seseorang, dengan membuatnya menjadi bahan lelucon. Ini hanya akan menanamkan kesan buruk tentang Injil.

Alkitab nampaknya berisi hal-hal yang bertentangan. Tetapi, berulang kali terjadi, yang nampaknya kontradiksi dibuktikan kebenarannya oleh penemuan arkeologi modern. Dr. Nelson Glueck, seorang ahli purbakala Yahudi yang ternama, membuat pernyataan yang perlu kita perhatikan, "Tak ada penemuan purbakala yang bertentangan dengan keterangan Alkitab."

Evolusi mungkin dapat menjadi masalah jika ia mendorong seseorang pada kesimpulan yang ateistis. Masalah sebenarnya bukan evolusi tetapi sikap terhadap Kristus. Tanyakanlah, "Kesimpulan apa yang anda ambil dari posisi evolusioner anda - bahwa dunia terjadi secara kebetulan? Atau apakah anda mengatakan bahwa Allah menciptakan dunia dengan memakai proses evolusi tertentu? Walau saya tidak yakin akan pandangan tersebut, tetapi mari kita andaikan bahwa itu benar. Kesimpulan apa yang anda ambil?" Dari sini, arahkan perhatiannya pada apa yang Tuhan Yesus katakan dan lakukan. Bagaimana Allah menciptakan dunia ini tidak sepenting fakta bahwa memang Dia menciptakannya. Seringkali kesimpulan seseorang lebih ditentukan oleh pra-anggapannya daripada oleh bukti nyata. Suatu sanggahan kuat dari posisi naturalistis dapat dibuat dengan menyingkirkan bukti-bukti tentang Yesus Kristus. Tetapi jika seseorang ingin jujur secara intelek, ia harus berhadapan dengan Tuhan Yesus. Betapa banyak pemikir bukan Kristen yang tak pernah sungguh-sunggull mempertimbangkan bukti nyata tentang Yesus Kristus.

Pegangan:
6. Bukankah pengalaman Kristen hanya soal kejiwaan?

Sementara orang berpendapat bahwa kita beriman hanya karena kita sudah dipengaruhi sejak masa kecil. Kasarnya, kita dibesarkan seperti anjing dalam percobaan Pavlov. Banyak orang dari berbagai macam Latar Belakang kehidupan telah bertobat menjadi Kristen. Ribuan orang Kristen tidak mempunyai masa kecil yang berhubungan dengan Kekristenan. Tetapi masing-masing akan menyaksikan suatu perjumpaan pribadi dengan Yesus Kristus yang mengubah hidupnya. Tuhan sendirilah satu-satunya faktor yang tak berubah.

Ada pula yang menganggap bahwa pikiran-pikiran rohani pada dasarnya adalah pemenuhan kebutuhan yang diangankan. Bila diusut, sumbernya terletak pada kebutuhan seseorang akan Allah, merekamkannya dalam konsep pikirannya, dan menyembah proyeksi mental itu. Kenyataan obyektifnya sendiri, tidak ada. Orang-orang beragama adalah orang yang menghipnotis diri sendiri.

Apakah bukti obyektif bagi pengalaman-pengalaman subyektif kita? Kekristenan berbeda dari autohipnotis, proyeksi angan-angan, dan dari semua gejala psikologis lainnya, karena pengalaman subyektif seorang Kristen didasarkan atas suatu fakta historis, obyektif, yaitu kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati.

Jika kebangkitan benar, itulah yang menyebabkannya berbeda dari semua hal di dunia ini. Itulah peneguhan tentang penyataan Allah dalam Yesus Kristus, suatu kebenaran mutlak, suatu fakta historis di luar diri kita, suatu fakta obyektif yang menghasilkan pengalaman subyektif kita. Kita perlu mempertautkan yang obyektif dengan yang subyektif, dalam sudut pandang yang benar. Kita perlu mengetahui dengan jelas bahwa pengalaman Kristen kita beralaskan dasar kokoh fakta obyektif dalam sejarah.


Pegangan:
7. Bukankah hidup yang bermoral dapat membawa saya ke Surga?

Seorang mahasiswa berkata, "Jika Allah memberi penilaian, pasti aku lulus." Kebanyakan orang menganut paham bahwa nasib kekal kita tergantung pada perbuatan baik kita. Usaha keras kita setidaknya akan membuat kita lolos. Optimisme yang tak masuk akal ini didasarkan atas keyakinan berlebihan tentang kebenaran manusia dan ketidaktahuan tentang Kemahasucian Allah. Allah punya tolok ukur yang mutlak, Yesus Kristus. Terang menghancurkan kegelapan. Terang kekudusan Allah akan menghanguskan semua kejahatan. Di hadapan Allah, kita akan binasa karena kejahatan hidup kita. Kebenaran sempurna Tuhan Yesus adalah satu-satunya dasar yang melalui-Nya kita dapat bersekutu dengan Allah yang hidup.

Moralitas bukanlah jawabannya. Dari orang yang bejad, ke golongan berpendidikan, sampai ke orang yang sangat bermoral, semua sia-sia. Tak ada pelajaran renang yang dapat menolong orang menyeberang dari pulau Jawa ke Irian. Kita memerlukan seseorang yang dapat membawa kita ke sana. Itulah yang Kristus buat.

Jika anda hidup sempurna, anda dapat masuk Surga dengan perbuatan anda sendiri. Tetapi tak seorang pun berhasil dan tak akan pernah ada yang berhasil. Semua yang dianut orang di dunia pada dasarnya seumpama "pelajaran renang" memberikan perangkat etika untuk pola hidup yang indah. Tetapi yang kurang pada manusia bukanlah pengertian tentang bagaimana harus hidup, tetapi kuasa untuk hidup sebagaimana seharusnya. Kabar baik dibawa oleh Yesus Kristus yang campur tangan dalam sejarah manusia, melakukan apa yang tak mungkin dapat kita lakukan sendiri. Melalui Dia kita dapat diperdamaikan dengan Allah, memperoleh kebenaran-Nya dan dipersekutukan dengan-Nya dalam hadirat-Nya.

Dikutip dari Buku : "How to Give Away Your Faith"
Karangan : Paul Little
Hak Cipta : (C) 1966.
Dengan Izin dari : Inter Varsity Press

Komentar