Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Berpuasalah Ketika Anda Putus Asa: 5 Momen Suci untuk Masa Puasa yang Alkitabiah

Akhir tahun lalu, Jeannette dan saya berada dalam konferensi pendeta. Di sana, pembicara utama memberi petunjuk kepada para pendeta mengenai tantangan masa kini terhadap para pemimpin gereja dalam menyampaikan pesan yang paling memberikan kekuatan dalam hidup. Selama pendeta ini berkhotbah, ia membagikan kebenaran pelayanan yang penting, yang ingin saya teruskan kepada Anda. Ketika bekerja dengan banyak orang, Anda perlu mengerti bahwa Anda harus merendahkan diri dan bersedia turun tangan dalam kekacauan mereka. Secara sederhana, jika Anda tidak bersedia membiarkan tangan Anda kotor, Anda berada dalam pelayanan yang salah. Pada khotbah yang sama, ia juga menyampaikan kebenaran yang lain: "Pengajaran yang paling baik adalah pengajaran yang di dalamnya Anda secara pribadi melakukannya dalam kehidupan Anda sendiri." Dengan kata lain, "Jangan takut membiarkan orang lain mengetahui bahwa Anda juga melewati pergumulan-pergumulan, pertanyaan-pertanyaan, dan tantangan-tantangan dalam langkah Anda." Tentu saja, ada batasan yang perlu selalu diperhatikan dengan saksama atas apa yang kita bagikan secara pribadi kepada orang lain.

Keputusasaan adalah salah satu dari kata-kata berpengaruh yang mungkin sulit didefinisikan, tetapi Anda dapat memahaminya ketika Anda merasakannya. Keputusasaan dapat dirasakan dalam berpacaran, pekerjaan, hubungan, bisnis, dan bahkan penyembahan. Kebanyakan orang sangat tidak menyukai emosi yang terkait dengan keputusasaan. Biasanya perasaan ketakutan ini disertai dengan perampasan damai sejahtera atau sukacita untuk melahap setiap detik pikiran Anda. Ketika keputusasaan melanda Anda, mulailah bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan?" Setiap orang pernah mengalami masa-masa ketika ia masuk dalam situasi ketika sesuatu tidak terjadi sesuai keinginannya atau seperti yang ia suka. Keputusasaan bahkan menetap, lebih seperti seorang pencuri yang menerobos masuk melalui jendela yang pecah, ketika semuanya tidak "terjadi" dan Anda menyadari waktu telah meninggalkan Anda, atau Anda kehilangan sesuatu yang Anda hargai dalam pergumulan yang nyata. Pada masa-masa ini, masa depan tampak jauh, sangat suram, dan Anda mulai merasa perlu "melakukan sesuatu" untuk dapat segera mengubah situasi. Akan tetapi, "sesuatu" apa? Dari dalam keputusasaan, Anda mungkin digembalakan seperti ternak dalam kumpulan yang besar dan dituntun ke dalam tindakan-tindakan dan kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk mengeluarkan Anda dari keputusasaan. Namun, Anda segera menyadari bahwa Anda masih kurang jelas dengan apa yang Anda butuhkan. Dengan kata lain, "Anda putus asa tanpa solusi yang cepat." Kadang-kadang keputusasaan dapat menjadi masalah hidup dan mati, dan pada waktu yang berbeda keputusasaan berkecamuk dalam pernikahan, persahabatan, bisnis, pekerjaan, dan bahkan gereja yang kuat. Kita semua menghadapi tantangan dalam hidup, tetapi cara kita bereaksi terhadap tantangan-tantangan tersebut menentukan dampak yang akan ditinggalkan oleh tantangan tersebut dalam hidup kita. Keputusasaan hanya dapat menuntun pada salah satu jalan: konsekuensi negatif atau positif. Dampak negatif keputusasaan dapat terlihat dengan cepat ketika Anda gagal menganalisis situasi dengan tepat. Dan, karena Anda mulai merasa takut, Anda membuat keputusan dalam kehampaan. Hasilnya, Anda mulai menarik kesimpulan yang salah, yang menuntun pada keputusan yang salah. Keputusan yang salah akan menuntun pada tindakan yang salah, dan menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Lalu, bagaimana reaksi Anda terhadap keputusasaan ketika Anda dipanggil untuk tinggal dalam pengharapan yang lebih besar dan janji yang lebih kuat daripada yang ada di dunia?

1 Samuel 1:1-20 adalah salah satu catatan yang alkitabiah tentang doa dan puasa yang penuh semangat sekaligus keputusasaan. Hana adalah wanita kuat dengan karakter dan kesetiaan semacam itu, selain doa Yesus ketika ada di taman. Sikap ini mungkin sulit ditemukan dalam diri orang baik yang mengalami keputusasaan. Seperti 1 Samuel yang menyingkapkan bahwa ada banyak keruwetan yang tidak kentara dan tidak penting terhadap cerita ini yang pantas disebutkan karena kerumitan itu menyingkapkan kedalaman keputusasaan Hana. Pertama-tama, Elkana, suaminya, berasal dari garis imam Lewi yang merupakan fakta penting terhadap panggilan anak-anak mereka. Kedua, Elkana, meskipun ia memiliki dua istri walaupun sebenarnya tidak membutuhkannya, hanya karena kemandulan Hana, lebih mengasihi Hana. Hal ini terlihat dari perbuatan Elkana (yang memberi persembahan dua kali lipat lebih banyak), dan juga dari kata-katanya sendiri. Ketiga, Penina, istri kedua Elkana dan "wanita lain" telah menjadi sebuah duri kritikan, kepedihan, dan musuh bagi Hana dibanding dengan kenyamanannya. Keempat, Hana mengetahui kemandulannya bukanlah hasil dosa pribadi yang tidak terselesaikan. Namun demikian, kepedihan karena kemandulannya lebih berat daripada yang dapat ia tanggung. Karena itu, peristiwa itu menjadi momen ilahi yang kudus. Pada masa Alkitab kuno, kemandulan dianggap sebagai tanda Allah tidak berkenan kepada seseorang. Oleh sebab itu, kemandulan memerlukan campur tangan ilahi yang harus dipenuhi sehingga seseorang wanita dapat melahirkan. Kelima, kepedihan dan keputusasaan Hana tidak memberi ruang bagi keputusasaan, kekecewaan, atau bahkan kemarahan. Apalagi seruannya, di hadapan Tuhan, meskipun digambarkan sebagai bentuk keputusasaan, melebihi kasih dan penghiburan yang tidak tergoyahkan dari suaminya. Seruan Hana tidak memperhatikan gambaran dirinya sendiri secara umum, walaupun kesedihannya disalahartikan oleh imam besar sebagai kemabukan. Padahal, Hana adalah orang yang tinggal tetap di hadapan Tuhan dengan berbagai cara doa, puasa, penyembahan, dan ketaatan.

Mungkin dalam beberapa hal, Anda merasa seperti Hana? Anda merasa mandul? Keputusasaan membuat Anda merasa seolah-olah Anda pantas mendapatkan yang lebih buruk daripada yang layaknya Anda terima. Penghukuman yang tidak sebanding, yang datang karena merasa putus asa, akan membuat Anda menerima istilah-istilah yang pada akhirnya sangat tidak Anda sukai. Banyak orang telah menyerahkan barang-barang berharga dan berinvestasi demi sejumlah uang yang tidak berharga, karena, pada satu waktu, mereka pasti memerlukan uang. Karena keputusasaan, banyak orang masuk dalam pernikahan dan akhirnya gagal sebelum memulai. Keputusasaan membuat Anda rentan. Orang lain bukan hanya dapat mengambil keuntungan dari Anda ketika mereka mengetahui bahwa Anda putus asa, tetapi orang yang tidak suka dengan Anda juga akan mengetahui bahwa ia dapat menyusun cara dan perjalanan lain dalam hidup Anda ketika Anda mencapai pada masa-masa putus asa. Hal ini tidak akan menjadi perjalanan yang dilalui oleh pahlawan perempuan kita, Hana. Seperti Hana, jangan biarkan diri Anda sendiri terperangkap oleh keputusasaan. Keputusasaan benar-benar merupakan pilihan kehidupan atau kematian, tergantung pada reaksi Anda ketika menghadapi masa dukacita yang kudus. Hana mungkin melihat masa-masa putus asanya dengan gagal total, putus asa, dan bahkan menetapkan rencana lain untuk mendapatkan kebahagiaan duniawi. Namun bagi Hana, seperti seharusnya juga bagi kita semua, masa kudusnya yang saleh adalah sebuah ladang pelatihan baginya untuk menjaga kebergantungannya kepada Allah, tinggal dalam hadirat-Nya, dan percaya kepada-Nya! Puasa, doa, dan penyembahan pada akhirnya dihubungkan dengan ketaatan pribadi. Apa yang saya rasakan dari salah satu bagian yang paling hebat dari kisah Hana bukan hanya ketekunannya, tetapi juga ketaatannya. Nazarnya, yang dibuat bersama suaminya, tidak akan membuatnya mendapatkan apa yang diinginkannya. Mungkin kisah ini meminta kita untuk menanyakan sebuah pertanyaan penting, "Apa yang lebih penting bagi Hana?" Memiliki anak? Atau "Agar Allah dibenarkan melalui masa keputusasaannya?" Saya akan memberi saran pada bagian berikutnya. Hana bersedih karena orang lain telah menghakimi kemandulannya sebagai tanda penghukuman Allah, dan bahwa karakter Allah yang sebenarnya dinyatakan melalui masa kesedihan kudusnya. Hana bersedia melakukan semua hal yang benar bagi Allah untuk menerima kemuliaan dan kehormatan melalui masa kesedihan kudusnya. Ya, hasil kesetiaan Allah akan menjadi sarana pemulihan nama baiknya. Akan tetapi, tidak seperti nazar Yefta yang gegabah, Hana dipersiapkan untuk memahami nazarnya hingga pada akhirnya, tanpa ada penyesalan tetapi penuh pujian! Hana melahirkan nabi besar Samuel, yang akan diasuh dan dirawatnya sampai Samuel berusia tiga tahun, lalu menyerahkannya selamanya dalam pemeliharaan Tuhan. Doa Hana yang penuh sukacita berikut ini bukanlah ekspresi penyesalan atau kekecewaan, tetapi sukacita dan penegasan dalam karakter Allah dan kesetiaan-Nya yang ilahi. Pada akhirnya, Hana benar-benar dibenarkan, bukan karena kelahirannya tetapi dalam kesaksian kepercayaannya kepada Allah secara lengkap dan total. Apa yang kita lihat mengenai puasa dan doa adalah sebagai berikut: Puasa bukanlah "peluru ajaib" yang merupakan kombinasi kemampuan manusia untuk memanipulasi Allah. Melebihi puasa, doa dan ketaatan berbicara kepada peristirahatan batiniah hati kita. Pada akhirnya, kesedihan dan keputusasaan yang suci dari hati Hana menjadi sukacita, bukan di dalam Samuel, tetapi di dalam Tuhan! Hana melihat lebih dari anugerah, maka pujilah sang Pemberi. Dia bersukacita dalam penebusan Tuhan, dan dalam pengharapan akan kedatangan-Nya, yang merupakan keseluruhan penebusan atas semua ciptaan. Doanya mengingatkan kita bahwa orang kuat segera menjadi lemah, dan orang lemah segera menjadi kuat. Ketika kita miskin, kita belajar puas dalam pikiran kita dengan kondisi kita. Ketika kita kaya, kita tetap bersyukur, dan menyembah Dia dengan sukacita, dan melakukan kebaikan dengan kelimpahan yang Ia berikan kepada kita. Doa Hana mengingatkan kita akan hikmat Allah yang tidak menghargai hikmat manusia atau kelebihannya, tetapi menyelidiki lebih dalam dengan memilih orang-orang yang dianggap dunia sebagai suatu kebodohan bagi alat-alat pengajaran untuk melihat dan menghargai kebebasan-Nya dan penebusan yang berharga. Dalam Kristus! (t/S. Setyawati)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : Christo et Doctrinae
Alamat URL : http://pastorjoshuapaul.blogspot.com/2012/07/fasting-when-you-are-desperate-5-sacred.html
Judul asli artikel : Fasting When You Are Desperate: 5 Sacred Moments for Biblical Fasting Moment #3
Penulis : Pastor Joshua
Tanggal akses : 8 April 2014

 

Unduh Audio

 

Komentar