Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Bagaimanakah Saya Harus Memandang akan Hal Bersantai dan Beristirahat?

Edisi C3I: e-Konsel 102 - Beristirahat Sejenak

Kesibukan yang kronis dan kebosanan yang menghancurkan, kedua-duanya adalah tanda-tanda bahwa kita tidak mengenali perspektif Allah tentang bekerja dan beristirahat.

Allah Memberi Kita Tujuan
Jika identitas Anda berakar pada hubungan Anda dengan Allah, maka Anda tidak akan mencoba membuat supaya pekerjaan mengisi kebutuhan Anda akan makna hidup. Kebosanan menguasai Anda apabila Anda merasa bahwa apa yang selama ini Anda kerjakan adalah sia-sia. Anda akan tenggelam di dalam kesibukan apabila Anda berusaha untuk membuat kehidupan Anda berarti karena Anda berpikir bahwa diri Anda baru berarti hanya ketika produktif.

Allah Memberi Kita Istirahat
Karena pekerjaan kita adalah pekerjaan Allah, dan karena Ia adalah yang pada akhirnya bertanggung jawab atas hasil-hasilnya, maka Ia juga memberi kita kebebasan untuk sesekali membiarkannya, untuk mempercayakannya kepada-Nya, supaya kita pun dapat menikmati istirahat dalam hidup ini. Orang yang merasa bersalah apabila ia bersantai, di dalam lubuk hatinya menyangka bahwa:

  1. Allah tidak dapat atau tidak mau menyediakan kebutuhan- kebutuhannya; dan dengan demikian
  2. Ia sendirilah yang harus menyediakan kebutuhan-kebutuhannya sendiri, terutama melalui pekerjaannya.
Jalan keluar satu-satunya bagi orang semacam itu adalah bahwa dia berbalik dari pola pikir bekerja untuk diri sendiri (dalam kecemasan dan ketakutan) lalu mulai bekerja untuk Allah (dalam kepercayaan penuh dan sejahtera). Pada saat itulah, istirahat atau masa bebas dari bekerja - itu mulai berlangsung, apabila kita berhenti mengandalkan diri kepada pekerjaan dan mulai mempercayakan diri kepada Tuhan Yesus sebagai yang mencukupi berbagai kebutuhan kita (Matius 11:28-30).

Di pihak lain, orang yang selalu berusaha dapat secepatnya melewati hari-hari kerjanya selama seminggu dan selalu mendambakan akhir minggu adalah orang yang merasa bahwa pekerjaannya itu tidak berharga, bahwa tujuan hidup yang terpenting dalam hidupnya ialah untuk menikmati senangnya bersantai. Orang ini perlu mengetahui bahwa pekerjaannya betul-betul mempunyai nilai ilahi. Ia juga perlu melihat bahwa Allah memberi kita istirahat dengan maksud menyegarkan kita supaya kita dapat menyelesaikan tujuan Allah dalam bekerja; Ia bukannya memberi kita pekerjaan dengan maksud agar kita dapat membiayai waktu santai kita (Keluaran 20:9-10). Rekreasi adalah untuk memulihkan kita kembali menjadi manusia seutuhnya secara fisik, mental, dan spiritual agar kita dapat melayani Allah dengan lebih baik.

Allah memberikan Israel satu hari istirahat dari setiap tujuh hari. Ada orang-orang Kristen yang mengabaikan prinsip ini, dengan mengisi hari Sabtu dan Minggu dengan segala hal yang tidak sempat mereka lakukan selama hari-hari kerja yang berlalu. Yang lainnya menjadikan Sabat sebagai persyaratan legalistik, dengan mengisi hari Minggu dengan kegiatan-kegiatan gereja, karena mereka berpikir bahwa Allah menuntut satu dari tujuh hari itu yang berarti keterlibatan dengan gereja. Akan tetapi, dilihat dari sikap Perjanjian Baru terhadap hari Sabat, tampaknya satu hari dari tujuh hari itu diperuntukkan untuk kita beristirahat dari kegiatan membanting tulang dan untuk mengakui bahwa Tuhanlah yang telah memberikan kita pekerjaan, Ia adalah Penyedia yang paling pokok dari kebutuhan-kebutuhan kita. Masuk akallah kiranya kalau kita harus memakai waktu pada hari itu untuk merayakan dan menyembah Allah, sekaligus juga menikmati istirahat yang diberikan-Nya.

Tumbuhkanlah Perhatian dan Komitmen di Luar Pekerjaan
Tumbuhkanlah perhatian yang mengungkapkan aspek-aspek dari diri Anda yang tidak dapat keluar di dalam pekerjaan Anda. Semboyan "Pekerjaan saya adalah hobi saya" mencerminkan kehidupan yang sempit dari seseorang yang berusaha memperoleh makna dalam hidup dengan bekerja. Allah mempunyai tujuan bagi Anda, juga di dalam hubungan pribadi Anda dengan Dia, dalam hubungan keluarga, dalam tanggung jawab Anda terhadap masyarakat, dan dalam hubungan Anda dengan orang-orang yang bukan Kristen. Pakailah sebagian waktu itu untuk sungguh-sungguh berdoa dan memikirkan bagaimana memuliakan Allah di dalam kehidupan pribadi, dalam keluarga, gereja, masyarakat, dan pekerjaan yang Anda lakukan di dalam kehidupan ini. Tetapi jangan menjadi terlampau serius -- ambillah waktu untuk beristirahat dan bersukaria di dalam segala bidang tersebut.

Sumber
Halaman: 
235 - 237
Judul Artikel: 
Kompas Kehidupan Kristen
Penerbit: 
Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1989

Komentar