Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Wanita Dan Karier

Edisi C3I: e-Konsel 125 - Wanita Karier dan Keluarga

Ringkasan tanya jawab dengan Pdt. Dr. Paul Gunadi dan Ibu Ester Tjahja berikut ini menyampaikan prinsip-prinsip Alkitabiah berkenaan dengan tugas seorang wanita dalam keluarga dan karier mereka. Silakan menyimak, semoga menjadi berkat!

T : Apakah Alkitab memberikan prinsip-prinsip tentang haruskah
seorang wanita bekerja di luar rumah?
J : Ada. Kita harus MENETAPKAN PRIORITAS TUJUAN HIDUP KITA, ini
berlaku baik bagi perempuan maupun pria. Kita mesti memiliki
sistem prioritas yang jelas dan alkitabiah. Tuhan selalu
menekankan kepada manusia siapakah kita ini di dalam-Nya. Tuhan
tidak menekankan benda, materi, status, maupun jabatan kita.
Yang selalu Tuhan pentingkan adalah diri kita di dalam-Nya.
Firman Tuhan di Efesus 1:4, 5 berkata, "Sebab di dalam Dia
Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita
kudus dan tak bercela di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah
menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi
anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya." Jadi,
maksud Tuhan sangat jelas, kita dijadikan supaya kudus tak
bercela, sekali lagi, dengan sebuah kualitas. Ini hal yang
paling penting. Prioritas inilah yang seharusnya menjadi
prioritas kita sehingga kita tidak terjerat di dalam jabatan
maupun status. Ada orang yang mengejar-ngejar jabatan dan status
sehingga mengorbankan hal-hal yang lebih penting, yakni
keluarga dan dirinya sendiri.
T : Dalam menetapkan prioritas tujuan hidup itu, faktor apa yang
harus kita pertimbangkan?
J : Kita harus pikirkan keluarga kita, JANGAN SAMPAI MENGORBANKAN
KELUARGA. Misalnya, hanya karena ingin mendapatkan kedudukan
yang lebih baik, merelakan diri pergi ke luar kota, tiga bulan
baru pulang sekali. Akhirnya, keluarganya berantakan atau
bekerja dari pagi sampai malam. Kehidupannya juga lebih sering
berada di luar rumah dan masalah mulai muncul dalam keluarganya.
Kalau memang tidak ada uang dan harus bekerja seperti itu,
silakan, tapi itu berarti dalam satu kurun waktu saja, tidak
selama-lamanya begitu. Setelah keadaan lebih baik, sedapat
mungkin tidak usah melakukan semuanya itu, pentingkan keluarga
di rumah.
T : Prinsip selanjutnya?
J : TUHAN TIDAK MENETAPKAN SATU MODEL PERNIKAHAN dan ini penting
sekali. Kadang-kadang kita mempunyai prinsip yang terdengar
rohani, tapi sebetulnya tidak alkitabiah. Ada orang yang berkata
bahwa perempuan seharusnya di rumah, membesarkan anak-anak,
melayani suaminya, titik. Persoalannya, apakah sudah pasti itu
rencana Tuhan untuk masing-masing wanita atau istri. Justru
tidak, Alkitab justru mempunyai beberapa contoh kasus yang
berkebalikan dengan gambaran ini. Misalnya, dalam Amsal 31 yang
diidentikkan sebagai Amsal wanita bijak. Amsal ini
memperlihatkan peran wanita sebagai pekerja, bukan hanya ibu
rumah tangga (Amsal 31:13, 16, 24). Dari penjabaran ini dapat
kita simpulkan bahwa selain sebagai ibu rumah tangga yang baik,
ia adalah seorang pengusaha dan jenis usahanya pun beragam,
yaitu menjual bulu domba, rami, anggur, pakaian, ikat pinggang.
Istilah sekarang adalah "she is a business woman", bukan hanya
sebagai ibu rumah tangga. Contoh yang berbeda adalah Lidia,
seorang petobat pertama di Eropa, dari Filipi, Makedonia. Dia
adalah seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira. Hal ini
dicatat di Kisah Para Rasul 16:14. Jadi, tidak ada firman Tuhan
yang mengatakan istri diwajibkan berdiam diri di rumah dan suami
mencari nafkah di luar rumah. Model apakah yang akhirnya kita
terapkan untuk keluarga kita? Jawabannya adalah rancanglah model
yang paling sesuai dengan kondisi keluarga kita sendiri.
Acapkali pilihan antara karier dan keluarga bukan sebuah harga
mati yang harus diputuskan sekali dan selamanya. Pilihan antara
keduanya lebih merupakan sesuatu yang bersifat cair dan mengalir
secara temporer, tergantung situasi dan kebutuhannya. Misalnya,
ada waktunya bagi suami mengalah dan mendahulukan karier
istrinya sebab itulah tindakan yang paling bijak dan paling
sesuai bagi keluarga. Sebaliknya, kadang istrilah yang harus
mengalah mendahulukan kepentingan suami dan anak. Pada dasarnya,
prinsip yang berlaku di sini adalah ambillah keputusan yang
bijak, artinya melihat kembali kepentingan masing-masing anggota
keluarga pada masa itu sehingga kita tidak kaku.
T : Bagaimana dengan kekhawatiran suami kalau penghasilannya lebih
rendah dari penghasilan istrinya?
J : Seharusnya tidak menjadi masalah. Sebab kalau istri bisa membawa
diri dengan baik, dia tidak menguasai atau mendikte suaminya.
Uang itu dia simpan di tempat di mana suaminya pun bisa
memegangnya, itu tidak apa-apa. Memang ada suami yang merasa
terancam karena istrinya menghasilkan uang lebih besar daripada
dia. Tapi itu tidak perlu sebab memang kita tidak tahu rencana
Tuhan dan cara Tuhan memberkati kita. Adakalanya Tuhan
memberkati keluarga kita melalui kepala keluarga, tapi
kadang-kadang juga melalui istri. Bersukacitalah dan
bersyukurlah untuk hal itu; asal kita jangan menjadi benalu yang
terus-menerus menyedot uang istri, hidup foya-foya sebab istri
kita sekarang mempunyai banyak uang. Intinya adalah terbukalah,
Tuhan memiliki banyak cara memberkati kita, bisa melalui kita
tapi kadang-kadang melalui istri kita pula.
T : Apakah ada prinsip yang lain?
J : Berikutnya adalah PERHATIKAN DAN TERIMALAH KODRAT MASING-MASING.
Ada wanita yang lebih senang berkarier di luar rumah daripada di
dalam rumah. Bagi mereka kehidupan yang aktif dan dinamis bukan
saja menambah gairah hidup, tapi merupakan energi untuk hidup.
Mereka menjadi diri mereka yang terbaik dan menjadi ibu rumah
tangga yang lebih baik pula. Tapi ada sebagian wanita yang
senang berada di dalam rumah dan bagi mereka aktualisasi diri
justru terletak pada peran di dalam rumah. Sebagai istri,
sebagai ibu rumah tangga, mereka bisa mengasuh anak, mengatur
rumah tangga. Itu juga pilihan yang baik kalau itu memang
menjadi tujuan dan makna hidup mereka. Bagi mereka pencapaian
tertinggi adalah melihat suami bahagia, anak-anak bertumbuh
sehat dan kuat. Intinya adalah siapa pun yang memilih keputusan
ini jangan merasa minder karena diam di rumah tidak identik
dengan bodoh atau terbelakang.
T : Memang ada beberapa istri yang mungkin kurang yakin atau percaya
diri. Kalau ditanya pekerjaannya apa, dia selalu menjawab ikut
suami. Sebenarnya, dia bisa mengatakan bahwa dia adalah ibu
rumah tangga. Bagaimana dengan kasus seperti ini?
J : Betul sekali. Ibu rumah tangga adalah sebuah pekerjaan karena
di rumah dia harus mengurus anak sampai malam, lebih berat
daripada pekerjaan di luar yang hanya sampai sore saja. Jadi,
ibu rumah tangga pun sebuah pekerjaan sama-sama terhormatnya.
Bayangkan jika suami tidak mempunyai istri, tetapi ada
anak-anak, bukankah dia harus meminta dan membayar orang untuk
mengurus anak-anaknya dan rumah tangganya? Jadi, intinya adalah
kita harus melihat dan menerima kodrat kita, jangan dibandingkan
dengan orang lain. Demikian pula dengan suami, jangan
membandingkan istrinya dengan orang lain, karena setiap orang
berbeda. Dan kita memang harus menerimanya tanpa merasa minder
kalau tidak bisa melakukan yang dapat dilakukan orang lain.
T : Apakah masih ada prinsip yang lain lagi?
J : Prinsip terakhir adalah GANTILAH APA YANG TELAH KITA AMBIL DARI
KELUARGA. Maksudnya, salah satu fakta dalam hidup yang tidak
dapat kita tawar adalah kita tak dapat selalu menyenangkan dan
memenangkan semua pihak. Hampir dapat dipastikan setiap
keputusan yang kita ambil akan berdampak positif sekaligus
negatif; menguntungkan satu pihak sekaligus merugikan pihak yang
lain. Demikian pula dengan pilihan mengembangkan karier di luar
rumah, tidak bisa tidak, waktu dan keberadaan kita di dalam
rumah akan terbatasi. Ini berarti kita mengambil sesuatu dari
dalam rumah untuk kepentingan di luar rumah. Jadi, jika ini yang
harus kita lakukan, kita mesti merencanakan dan mempersiapkan
segalanya secepat mungkin. Misalnya, waktu yang kita berikan
untuk keluarga haruslah menjadi waktu yang eksklusif. Maksudnya,
di luar kehadiran orang lain dan tidak diisi dengan urusan luar
rumah. Satu contoh kegagalan dalam menciptakan waktu yang
eksklusif, misalnya kita dapat menyisihkan satu hari dalam
seminggu untuk keluarga, namun setiap kali kita pergi bersama
dengan keluarga, kita pun mengajak kerabat atau teman untuk
bergabung. Atau secara fisik kita bersama keluarga, namun
telinga dan mulut kita untuk orang lain yang menghubungi kita
lewat telepon atau ponsel. Alhasil yang terjadi adalah kendati
bersama keluarga, tapi sesungguhnya kita bersama orang lain.
Jadi, ingatlah waktu yang eksklusif menuntut kita bersikap tegas
terhadap gangguan pihak luar.
T : Kadang-kadang sebagai wanita karier justru banyak waktu
dihabiskan dengan orang lain dan waktu dengan suami berkurang,
mungkin kencan dengan suami diperlukan juga dalam keadaan ini?
J : Tepat sekali, waktu kencan yang benar-benar kencan, benar-benar
pergi berdua atau pergi dengan keluarga; tidak menerima telepon
dari orang lain, kecuali dari perusahaan saja. Anak maupun suami
akan sangat berterima kasih karena diutamakan. Ini yang penting,
inilah yang dimaksud dengan prinsip menggantikan. Berikutnya,
tentang menggantikan berkaitan dengan anak, yaitu kepada
siapakah kita menyerahkan tanggung jawab pengawasan anak-anak
sewaktu kita tidak berada di rumah. Ada dua kriteria, yaitu aman
dan nyaman. Siapa pun yang bertanggung jawab menjaga anak,
haruslah menyediakan lingkungan yang aman sekaligus memberikan
perhatian yang memadai pada anak, dan melindunginya dari bahaya.
Jangan menyerahkan tanggung jawab mengurus anak kepada orang
yang tidak memedulikan keamanan dirinya sendiri atau orang lain.
Juga jangan menyerahkan anak kepada orang yang tidak dapat
mengurus dirinya sendiri. Jika ia tidak dapat mengurus dirinya
sendiri, bagaimana mungkin dia sanggup mengurus orang lain?
Maksud dari `nyaman` ialah orang itu harus bisa memberi suasana
nyaman kepada anak lewat kasih sayang dan kesabarannya. Jangan
sampai anak merasa ketakutan atau tertekan ditinggal bersama
seseorang yang tidak sabar dan ketus. Kita mesti peka
mendengarkan suara anak dan mengutamakan mereka di atas rasa
sungkan. Misalnya, kadang-kadang kita sungkan kepada orang tua
sendiri yang bersedia atau memaksa menjaga anak kita.
Perhatikanlah reaksi anak dan dengarkanlah isi hatinya, jangan
sampai masa ditinggal orang tua menjadi masa penderitaan bagi
anak.
T : Adakah firman Tuhan untuk menyimpulkan dan melandasinya?
J : Ibrani 13:5, "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah
dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman:
`Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-
kali tidak akan meninggalkan engkau.`" Sekali lagi Tuhan
menetapkan prioritas, bukan uang, bukan status, dan sebagainya;
jangan menjadi hamba semua itu. Tuhan meminta kita untuk
mencukupkan hidup kita dengan apa yang telah Ia berikan sebab
Tuhan akan memelihara kita. Jadi sekali lagi, prioritaskan
keluarga. Hal-hal lainnya itu nomor dua yang akan dicukupi-Nya.
Yang penting kita tidak merugikan keluarga kita.
Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
TELAGA - Kaset T183B
Penerbit: 
--

Komentar